Oleh: Mohammad Maulana Ilhami
Inggris telah menjadi negara penguasa maritim selama ribuan tahun. Kekuatan maritim yang didorong oleh perdagangan, navigasi internasional, dan kekuatan angkatan lautnya telah mendorong Inggris menjadi negara yang maju. Kehadiran Inggris di berbagai samudra mencerminkan kemampuan nasionalnya dalam membangun kekuatan maritim, khususnya angkatan laut mereka yang disebut Royal Navy atau Angkatan Laut Kerajaan Inggris. Tak hanya sebagai kekuatan nasional, Royal Navy juga telah menjadi aspek penting dalam mengamankan kepentingan nasional Inggris serta menjadi faktor penting bagi geopolitik dan geostrategi Inggris secara global. Dalam buku putih pertahanan Inggris yang berjudul “Global Britain in a competitive age The Integrated Review of Security, Defence, Development and Foreign Policy” dan dipublikasi pada Maret 2021, Pemerintah Inggris menyadari bahwa persaingan antara kekuatan negara besar didunia akan meningkat di tahun 2020, khususnya terkait maritim. Inggris sangat mencermati adanya dinamika persaingan geopolitik dan ekonomi di wilayah Indo-Pasifik. Bagi Inggris, Indo-Pasifik merupakan regional yang sangat strategis, bukan hanya sebagai jalur perdagangan Inggris dan global, tetapi juga sebagai arena untuk menunjukkan kekuatan dan penguasaan wilayah maritim serta menjadi arena untuk menegakkan kebebasan navigasi internasional sesuai dengan norma yang berlaku. Untuk itu, Inggris perlu pergelaran pasukan militer, khususnya angkatan lautnya untuk dapat beroperasi secara global, menjamin keamanan maritim internasional, dan menjamin hubungan yang selaras dengan mitra Inggris.
Dalam konsep Blue Water Navy, kekuatan militer dan maritim suatu negara dicirikan dengan kemampuan akan operasi jarak jauh dengan didukung kapal induk. Negara-negara besar seperti AS, India, Rusia, Prancis, dan China telah mengoperasikan dan mengembangkan kapal induk guna mendukung angkatan bersenjata mereka untuk beroperasi secara jarak jauh, tak terkecuali Inggris. Mulai dari Perang Dunia Kedua, Perang Korea, operasi militer di Bosnia, Kosovo, Sierra Leone, Irak, Libya semuanya sangat bergantung pada kapal induk. Termasuk Perang Falklands, dimana Inggris sangat menggantungkan kekuatan udara mereka pada armada kapal induk. Hal Ini tentu menjadi wajar jika Inggris mengembangkan dan menggelar pasukan kapal induk mereka. Inggris tidak memiliki gugus tempur kapal induk selama hampir 40 tahun. Tidak adanya gugus tempur kapal induk disebabkan tidak adanya kapal induk yang dapat mendukung operasi Angkatan Laut Inggris. Kapal induk terakhir yang dioperasikan AL Inggris dari kelas Invincible terakhir yaitu HMS Illustrious telah dinonaktifkan pada tahun 2014, tiga tahun lebih cepat dari rencana penggantian yang ada.
Sebagai negara maritim dan merespon dinamika global, Inggris membentuk United Kingdom Carrier Strike Group 21 atau UK CGS 21. UK CGS 21 atau Gugus Tempur Kapal Induk Inggris 21 merupakan salah satu bentuk kekuatan Angkatan Laut Inggris di era modern. Pengumuman pembentukan Carrier Strike Group 21 berawal dari keputusan Kementerian Pertahanan Inggris pada Januari 2021 yang mengumumkan bahwa gugus tempur kapal induk akan dipimpin oleh kapal induk HMS Queen Elizabeth (kapal induk pertama dari 2 unit di kelasnya) dan telah mencapai kemampuan operasi awal (IOC), serta semua elemen pendukungnya seperti pesawat tempur, radar, sistem pertahanan udara, pilot dan awak telah dianggap siap untuk operasi. Hal ini menunjukkan bahwa penggelaran pasukan kapal induk merupakan hal yang kompleks, dimana seluruh persiapan terkait teknis dan personel menjadi hal yang menjadi perhatian. Komitmen dari Pemerintah Inggris ini juga menunjukkan dukungan yang kuat terhadap angkatan bersenjata mereka, khususnya Royal Navy untuk dapat beroperasi guna merespon dinamika global dan mendukung kepentingan nasional Inggris.
Carrier Strike Group atau disingkat CGS merupakan gugus tempur yang terdiri dari kapal induk beserta armada kapal pengawal dan pendukungnya yang terdiri dari kapal perang permukaan, kapal selam, skuadron udara, dan kapal pendukung logistik. Dalam operasinya, CGS memiliki kemampuan multifungsi, dimana tidak hanya terkait operasi militer, tetapi juga operasi non-militer seperti operasi bantuan bencana. CGS memiliki fleksibilitas yang tinggi untuk beroperasi di seluruh penjuru dunia.
HMS Queen Elizabeth yang mengomandoi UK CGS 21 merupakan kapal perang terbesar dan paling canggih yang pernah dibuat untuk Angkatan Laut Kerajaan Inggris, serta diharapkan dapat beroperasi selama 50 tahun ke depan. Dalam pergelarannya, UK CGS 21 akan beroperasi dengan negara sekutu Inggris, seperti AS dan negara-negara NATO. HMS Queen Elizabeth akan menampung skuadron udara beserta persenjataan udara yang mumpuni bagi mendukung pergelaran operasinya. HMS Queen Elizabeth akan menampung total 18 unit pesawat jet generasi kelima F-35B yang terdiri dari dua skuadron yaitu Skadron 617 Royal Air Force dan Marine Fighter Attack Squadron 211 dari Amerika. Tak hanya itu, kekuatan udara UK CGS 21 akan didukung oleh helikopter serang dan multifungsi dari 820 Naval Air Squadron dengan mengerahkan helikopter Merlin Mk2 (termasuk 3 dilengkapi dengan radar Crowsnest), dimana dapat memberikan kemampuan pengawasan dan kontrol udara, serta kemampuan anti-kapal selam udara.
Dalam misi pelayaran internasionalnya, HMS Queen Elizabeth juga akan dikawal dengan armada kapal perang lainnya. Kapal induk tersebut dikawal oleh kapal perusak (jenis destroyer) HMS Diamond dan Defender, kapal fregat HMS Richmond dan HMS Kent; kapal selam kelas Astute, dan kapal pendukung dari Royal Fleet Auxiliary seperti RFA Fort Victoria dan RFA Tidespring. Tak hanya itu, Kapal perusak (destroyer) Angkatan Laut AS USS The Sullivans dan kapal frigate Angkatan Laut Belanda HNLMS Evertsen juga akan ikut dalam pelayaran UK CGS 21. Pengerahan Carrier Strike Group 21 ini akan berlangsung selama 28 minggu, dalam 6 fase, dari Mei hingga Desember 2021. CGS 21 beroperasi lebih dari 26.000 mil laut, dari Laut Mediterania ke Laut Merah, dari Teluk Aden ke Laut Arab dan dari Samudra Hindia ke laut filipina. Selama misi pelayarannya CGS 21 akan mengunjungi lebih dari 40 negara dan akan melakukan lebih dari 70 misi pertempuran maritim, seperti misi latihan dan pelayaran bersama dengan kapal induk Prancis Charles De Gaulle di Mediterania.
Dapat menjadi kesimpulan bahwa pembentukan dan mulai beroperasinya UK CGS 21 merupakan suatu titik kebangkitan bagi kekuatan maritim Inggris, khususnya angkatan laut mereka yaitu Royal Navy. Tuntutan internasional yang semakin dinamis, mendorong setiap negara, khususnya negara-negara besar untuk menunjukkan kekuatan dan supremasi mereka dalam mendapatkan serta memperluas pengaruh dari wilayah maritim. Jalur maritim yang merupakan urat nadi bagi perdagangan dan perekonomian dunia, telah mendorong setiap negara untuk menguasainya. Hal ini tentu merupakan ancaman bagi keamanan global, dan Inggris sebagai negara maritim dunia melihat perlu merespon ancaman tersebut. Kehadiran UK CGS 21 beserta armada pengawalnya juga menunjukkan keunggulan angkatan laut mereka, tak hanya dari segi kemampuan operasi jelajah tetapi juga dari segi kemampuan penguasaan serta operasi terkait teknologi terkini. Pengerahan armada dan persenjataan canggih membuktikan bahwa UK CGS 21 merupakan gugus tempur yang modern dan siap untuk merespon berbagai ancaman bagi jangka panjang. Upaya Inggris untuk menguatkan komitmen bagi negara-negara persemakmurannya dan negara Five Defence Power Agreement seperti Malaysia, Singapura, Australia, dan Selandia Baru. Memanasnya konflik di sekitar negara-negara tersebut, yaitu konflik Laut China Selatan tentu mendorong Inggris untuk bergerak lebih terarah. Terakhir, UK CGS 21 merupakan simbol kuatnya Inggris sebagai pemain maritim global, demi mengamankan kepentingannya secara global maupun khususnya di regional Indo-pasifik.
Bibliography
Forces.net. (2021, May 23). HMS Queen Elizabeth: All You Need To Know About The Aircraft Carrier. Forces.net. Retrieved June 19, 2021, from https://www.forces.net/news/hms-queen-elizabeth-all-you-need-know-about-britains-aircraft-carrier
Forces.net. (2021, May 23). UK Carrier Strike Group 2021: Who's Joining HMS Queen Elizabeth On Deployment? Forces.net. Retrieved June 19, 2021, from 23
Forces.net. (2021, May 23). What Makes Up A Carrier Strike Group? Forces,net. Retrieved June 19, 2021, from https://www.forces.net/news/what-makes-carrier-strike-group
itv News. (2021, April 26). UK Carrier Strike Group to head to Asia in biggest show of force in a generation. itv News. Retrieved June 19, 2021, from https://www.itv.com/news/2021-04-25/uk-carrier-strike-group-to-head-to-asia-in-biggest-show-of-force-in-a-generation
The Maritime Executive. (2021, January 4). UK Has a Deployable Carrier Strike Group for the First Time in Decades. The Maritime Executive. Retrieved Juni 16, 2021, from https://www.maritime-executive.com/article/uk-has-a-deployable-carrier-strike-group-for-the-first-time-in-decades
Royal Navy. (2021, April 26). Carrier Strike Group deployment to visit 40 countries. Royal Navy. Retrieved June 19, 2021, from https://www.royalnavy.mod.uk/news-and-latest-activity/news/2021/april/26/210426-csg21-deployment
UK Ministry. (2021, January 20). UK Carrier Strike Group explained. https://medium.com/voices-of-the-armed-forces/uk-carrier-strike-group-explained-37921fa04f11. Retrieved June 19, 2021, from Medium.com
UK Ministry of Defence. (2021, May 19). UK Carrier Strike Group explained: Global Britain in action. Medium.com. Retrieved June 19, 2021, from https://medium.com/voices-of-the-armed-forces/uk-carrier-strike-group-explained-global-britain-in-action-c327450a1d90
Comentarios