LATIHAN GABUNGAN COAST GUARD–ANGKATAN LAUT TAIWAN: PREPAREDNESS FOR CHINA’S ‘GREY ZONE’ CHALLENGE DI KAOHSIUNG
- KSM Defensia UPN Veteran Yogyakarta
- 1 day ago
- 3 min read
Oleh: Annisa Auliya Salsabila

Dalam beberapa tahun terakhir, Taiwan menghadapi ancaman keamanan yang semakin kompleks dari Tiongkok, khususnya melalui strategi ‘grey zone’. Strategi ini mengacu pada tindakan agresif yang tidak menggunakan kekuatan militer secara langsung, melainkan memanfaatkan cara-cara non-militer yang ambigu seperti patroli kapal Coast Guard, pengerukan pasir, dan pemotongan kabel bawah laut di perairan sekitar Taiwan. Tujuannya adalah menekan Taiwan secara bertahap tanpa memicu konflik terbuka yang dapat berujung pada perang. Strategi ini menimbulkan ketidakpastian dan kesulitan dalam merespons secara militer konvensional, sehingga Taiwan harus mengembangkan pendekatan yang terintegrasi antara militer dan penegak hukum maritim untuk menghadapi ancaman tersebut.
Sebagai respons, pada tanggal 8 Juni 2025, Taiwan menggelar latihan gabungan antara Coast Guard dan Angkatan Laut di pelabuhan Kaohsiung. Latihan ini diawasi langsung oleh Presiden Taiwan, Lai Ching-te, dan bertujuan meningkatkan kemampuan operasi bersama menghadapi ancaman ‘grey zone’ dari Tiongkok. Simulasi utama dalam latihan ini adalah pengambilalihan kapal feri oleh “teroris internasional,” di mana Coast Guard berkoordinasi dengan helikopter penyelamat dari Kementerian Dalam Negeri dan helikopter medevac Angkatan Darat untuk merebut kembali kapal dan mengevakuasi korban. Latihan ini ditutup dengan penerbangan bersama helikopter anti-kapal selam Angkatan Laut, medevac, dan penyelamat, yang menandai pertama kalinya ketiga jenis helikopter ini beroperasi secara terpadu dalam konteks latihan gabungan.
Latihan ini menegaskan pentingnya sinergi antara Coast Guard dan Angkatan Laut dalam merespons ancaman yang bersifat tiba-tiba dan ambigu. Coast Guard Taiwan, yang akan dipanggil untuk tugas militer jika terjadi konflik, sedang menjalani modernisasi dan ekspansi. Kapal korvet kelas Anping yang mulai beroperasi sejak 2020 dirancang berdasarkan kapal perang Tuo Chiang Angkatan Laut. Kapal ini dilengkapi dengan peluncur rudal anti-kapal dan rudal laut-ke-darat buatan Taiwan, serta peralatan penyelamatan canggih, sehingga mampu menjalankan operasi penegakan hukum sekaligus pertahanan militer di perairan dekat pantai Taiwan.
Presiden Lai Ching-te menegaskan bahwa pemerintah Taiwan berkomitmen memperkuat kemampuan semua departemen terkait dan meningkatkan ketahanan masyarakat guna menjaga keamanan nasional serta mempertahankan demokrasi dan kebebasan rakyat Taiwan. Pemerintah mengajukan anggaran khusus sebesar NT$410 miliar (sekitar US$13,6 miliar) yang sebagian besar dialokasikan untuk pembangunan kapal baru, pengembangan drone, sistem pengawasan pantai pintar, serta peningkatan peralatan Coast Guard seperti sistem penglihatan malam inframerah dan UAV untuk memperkuat pertahanan laut, darat, dan udara.
Latihan ini juga menunjukkan peningkatan interoperabilitas antara lembaga militer dan penegak hukum, yang sangat penting dalam menghadapi operasi ‘grey zone’ yang sering kali dilakukan secara cepat dan tidak terduga. Dalam latihan, anggota angkatan bersenjata Taiwan mendemonstrasikan taktik intersepsi dan pengepungan di laut, serta operasi penyelamatan dan evakuasi menggunakan helikopter. Hal ini memperkuat kemampuan respons cepat dan koordinasi di lapangan, yang sangat dibutuhkan untuk menghadapi ancaman Tiongkok yang semakin canggih.
Studi kasus di kawasan lain seperti Laut Cina Timur dan Laut Cina Selatan memperlihatkan bahwa strategi ‘grey zone’ Tiongkok telah berhasil menciptakan ketidakpastian hukum dan keamanan, memaksa negara-negara rival meningkatkan kapasitas non-militer seperti Coast Guard. Jepang, misalnya, menghadapi tantangan serupa di Kepulauan Senkaku, di mana kapal Coast Guard Tiongkok secara rutin memasuki zona ekonomi eksklusif Jepang dan menantang otoritas lokal. Hal ini mempertegas bahwa tantangan ‘grey zone’ adalah fenomena regional yang memerlukan respons adaptif dan kolaboratif.
Latihan gabungan di Kaohsiung menjadi bukti nyata bagaimana Taiwan memaksimalkan sumber daya yang ada untuk menghadapi ancaman keamanan non-tradisional. Dengan menggabungkan kekuatan militer dan penegakan hukum maritim, Taiwan menunjukkan kesiapan menghadapi tekanan Tiongkok yang semakin intens. Latihan ini juga berfungsi sebagai sinyal diplomatik bahwa Taiwan tetap berkomitmen mempertahankan kedaulatannya meskipun menghadapi isolasi internasional dan tekanan geopolitik yang berat.
Secara keseluruhan, latihan gabungan Coast Guard dan Angkatan Laut Taiwan di Kaohsiung adalah langkah strategis penting untuk memperkuat kesiapsiagaan, sinergi antar lembaga, dan ketahanan nasional. Latihan ini menunjukkan bahwa Taiwan mampu menghadapi ancaman ‘grey zone’ dengan pendekatan yang terintegrasi dan modern, sekaligus menjaga stabilitas keamanan di kawasan Indo-Pasifik.
Comments