Perang di Taliban yang sudah berlangsung selama 20 tahun belum ada tanda-tanda berakhir. Perang Taliban ini disebabkan oleh Presiden George W Bush yang melancarkan serangan rudal pertama pada Oktober 2001, sebulan setelah peristiwa serangan 11 September di New York dan Washington. Tujuan dari serangan AS adalah untuk menghancurkan kelompok Al Qaeda dan pemerintahan Taliban yang melindungi mereka. AS juga ini memastikan Afghanistan tidak menjadi negara sarang teroris.
Taliban merupakan penguasa sebagian besar wilayah Afghanistan sejak 1996 hingga 2001. Mereka berambisi mendirikan negara Islam yang anti demokrasi. Operasi militer AS menggulingkan Taliban dari tampuk kekuasaan tapi mereka tidak sepenuhnya habis. Kelompok militan ini mengumpulkan kembali kekuatan dan saat ini menguasai sekitar 40 persen wilayah Afghanistan. Taliban dituduh telah menyembunyikan Al Qaeda setelah peristiwa WTC.
Upaya penyelesaian konflik tersebut mengupayakan kesepakatan damai. Ada beberapa poin dalam kesepakatan ini yaitu Taliban menjamin tidak lagi membolehkan kelompok bersenjata asing menjadikan Afghanistan sebagai basis untuk melancarkan serangan, penarikan mundur seluruh tentara AS dan koalisi, serta dialog internal pihak-pihak di Afghan dan gencatan senjata. Taliban sudah menentukan penarikan mundur seluruh tentara asing sebagai tuntutan utama mereka selama ini sedangkan AS berkukuh harus ada gencatan senjata menyeluruh di seantero negeri. AS melanjutkan pembicaraan damai dengan Taliban Desember lalu dan Trump bermaksud mengakhiri keterlibatan AS dalam perang Afghanistan sebelum pemilu 2020 nanti.
Perang Taliban sendiri berdampak terhadap keamanan salah satunya adalah keamanan terhadap anak-anak. Selama enam tahun (1939-1945), perang ini memakan korban lebih dari 50 juta jiwa, menjadikannya konflik dengan dampak paling destruktif sepanjang sejarah. Mereka banyak yang terbunuh atau jika selamat dihantui trauma fisik maupun psikologis. Dalam laporan Save the Children menyatakan bahwa banyak membutuhkan dukungan untuk menyelamatkan nyawa, termasuk makanan. Anak Afghanistan menghadapi kondisi musim dingin yang dapat menyebabkan penyakit dan kematian karena tidak adanya tanpa pakaian musim dingin yang layak dan penghangat.
AS juga melakukan penangkapan anak-anak yang dituduh akan menjadi tentara anak. AS berlindung atas perbuatannya ini berdasar pada istilah Enemy Combatant. Di mana dalam peperangan sendiri dan terkhususnya belum ada Hukum Internasional yang mengaturnya. Sehingga perlakuan AS sendiri juga tidak dibenarkan karena tidak semua anak-anak terlibat dalam perang dan hanyalah bagian dari masyarakat sipil.
Menurut BBC, 2019 adalah tahun terburuk karena memiliki jumlah pembunuhan anak-anak. Save the Children menyampaikan bahwa terdapat 874 anak-anak di Afghanistan yang tewas dan 2.275 cacat akibat perang. Lebih dari dua pertiga dari mereka yang tewas adalah anak laki-laki. Mereka tewas akibat dari pertempuran darat antara pasukan pro dan anti-pemerintah atau alat peledak rakitan dalam serangan bunuh diri dan non-bunuh diri.
Dalam upaya penyelesaian dampak Perang Taliban terhadap anak diadakannya Konferensi Afghanistan 2020, pertemuan internasional yang berlangsung di Jenewa, Save the Children tersebut mendesak negara-negara donor untuk menjaga masa depan anak-anak Afghanistan dengan peningkatan dana kemanusiaan. Selain itu UNAMA yang merupakan perpanjangan tangan PBB di Afghanistan telah melakukan berbagai upaya dalam merealisasikan kondisi Afghanistan yang damai dan kondusif. Dalam upaya melindungi hak asasi manusia di Afghanistan, UNAMA membentuk unit khusus untuk hak asasi manusia. Unit ini bekerja hingga ke seluruh wilayah Afghanistan. Sejak keterlibatan UNAMA di Afghanistan, UNAMA telah berupaya keras dalam melindungi hak asasi masyarakat di Afghanistan. UNAMA juga telah mendorong pemerintah Afghanistan untuk memperkuat upaya perlindungan hak asasi manusia di Afghanistan sesuai dengan hukum hak asasi manusia, baik hukum nasional Afghanistan maupun hukum internasional.
Comentários