top of page
  • Writer's pictureKSM Defensia UPN Veteran Yogyakarta

Poverty alleviation in Vietnam

Oleh: Dwi Aprita Pakpahan


Perang Vietnam yang dimulai 1 November 1955 hingga 30 April 1975 atau yang dikenal sebagai perang 20 tahun, telah meninggalkan dampak menyulitkan bagi negara Vietnam. Pasca perang tersebut, Vietnam menjadi salah satu negara termiskin di dunia. Target pertumbuhan ekonomi Vietnam pasca 5 tahun perang selalu tidak memenuhi target yang ingin dicapai oleh pemerintah. Pada tahun 1980-an, Pertumbuhan Ekonomi Vietnam terjebak dalam nilai Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita sebesar US$200 hingga US$300. Setelah beberapa kurun waktu, keadaan ekonomi negara Vietnam perlahan berubah. Pada 1986, Pemerintah Vietnam memperkenalkan Doi Moi, reformasi ekonomi dengan tujuan untuk menciptakan sebuah ekonomi pasar berorientasi paham sosialis sebuah gerakan baru yang dibentuk untuk menciptakan sistem ekonomi yang mulai terbuka.


Pada 2010, PDB negara Vietnam telah mencapai $1.000 USD. Vietnam ditetapkan sebagai negara berpenghasilan menengah ke bawah oleh Bank Dunia. Dari total penduduk Vietnam yang berjumlah 88 juta orang per tahun 2010, 13 juta orang diantaranya masih hidup dalam taraf kemiskinan. Pengentasan kemiskinan di negara tersebut melambat dan ketidaksetaraan meningkat dengan kantong-kantong kemiskinan yang terus-menerus. Hal ini terutama berlaku untuk etnis minoritas, yang merupakan 14 persen dari populasi, tetapi merupakan setengah dari orang miskin di negara itu. The Ministry of Labour, Invalids and Social Affairs (MOLISA) atau Kementerian yang menaungi bidang Tenaga Kerja, Invalids dan Urusan Sosial Vietnam menetapkan garis kemiskinan di Vietnam tersebut berdasarkan pada PDB.


General Statistics Office (GSO) menetapkan garis kemiskinan dengan ukuran yang berbeda dengan MOLISA, garis kemiskinan GSO dinyatakan berdasarkan perkiraan asupan makanan harian (2.100 kkal per orang per hari) ditambah alokasi tambahan untuk kebutuhan non-makanan penting berdasarkan pola konsumsi umum masyarakat miskin. Ini digunakan terutama untuk memantau kemiskinan dari waktu ke waktu. Pada tahun 2013, garis kemiskinan umum GSO adalah: VND 570.000 per kapita perbulan untuk daerah pedesaan dan VND 810.000 per kapita perbulan untuk daerah perkotaan. Garis ini untuk keperluan rumah tangga, dan tingkat kemiskinan dilacak dan diterbitkan oleh GSO. Di bawah garis GSO 2013, tingkat kemiskinan nasional diperkirakan 9,8%.


Vietnam memetakan rencana pengurangan kemiskinan pertama di bawah program Hunger Eradication and Poverty Reduction (HEPR), dan kemudian program National Targeted for Poverty Reduction. Ini menetapkan Comprehensive Poverty Reduction and Growth Strategy (CPRGS), dan kebijakan terkait dimasukkan ke dalam tenth five-year plan negara tersebut. Kebijakan dan program pengentasan kemiskinan Vietnam bertujuan untuk mempromosikan produksi guna meningkatkan mata pencaharian bagi masyarakat miskin, meningkatkan akses masyarakat miskin ke layanan sosial, dan memperkuat kapasitas dan kesadaran mereka. Namun, dengan adanya inovasi Doi Moi di tahun 1986, pembangunan ekonomi Vietnam perlahan mendapat pujian dunia dan menunjukkan negara itu memasuki masa integrasi. Pendapatan per kapita Vietnam naik tajam yang awalnya dari US$471 pada 2001 telah menjadi US$2.300 pada 2015. Keadaan ini menunjukkan peran pemerintah Vietnam yang sungguh-sungguh dalam mencari cara untuk mengembangkan ekonomi yang lebih kreatif dan kritis untuk menciptakan sebuah kemajuan yang cepat dan berkelanjutan. Proses perkembangan yang dilakukan Vietnam menarik sejumlah perhatian di kalangan peneliti, investor dan pebisnis internasional. Hal ini menjadi bukti kemajuan ekonomi Vietnam yang sebelumnya hanyalah negara terbelakang dengan 90 persen penduduknya bekerja di sektor pertanian telah berubah menjadi salah satu kekuatan ekonomi paling dinamis di Asia.


Vietnam mampu mengurangi tingkat kemiskinannya sebesar 1,81 persen per tahun antara 2010 dan 2016. Salah satu alasan Vietnam dapat mengurangi kemiskinan adalah karena sektor ekonomi lebih terorganisir. Salah satu contohnya dengan menempatkan prioritas untuk memperluas pasar domestik. Dukungan pemerintah meliputi pupuk, listrik, transportasi, dan dukungan terhadap kebijakan yang ada. Tujuan dari bantuan tersebut adalah untuk meningkatkan produksi dalam negeri. Setelah kebutuhan dalam negeri terpenuhi, mereka akan mulai mengekspor.


Vietnam kini berkembang pesat dan World Bank menggambarkannya sebagai salah satu negara paling dinamis dan berkembang di seluruh Asia Tenggara meski secara geografis, negara ini juga termasuk Asia Tenggara. Don Moi terbukti tetap bertaring tajam melindungi Vietnam dari terjangan pandemi pada awal 2020. Vietnam mencatat peningkatan produk domestik bruto (PDB) sebesar 2,6% pada 2021 dan pemulihan ekonominya dari pandemi diperkirakan melesat cepat pada tahun ini. DBS Group Research memprediksi PDB Vietnam tumbuh 8% tahun ini, didorong oleh kebijakan moneter yang akomodatif. Tingkat kemiskinan rumah tangga di Vietnam berkurang secara dramatis dari 58% pada tahun 1992 menjadi 15,5% pada tahun 2008 dan 7,6% pada tahun 2013 karena lebih dari 30 juta orang diangkat dari kemiskinan. Moto dari strategi ini adalah menggunakan kekuatan dan sumber daya dari seluruh negeri dengan menggunakan cara yang paling sederhana. Alih-alih memberikan uang atau makanan, Pemerintah Vietnam juga mengajari orang bagaimana cara memancing, memberikan mereka jaring ikan, mengajarkan cara bertani dan bagaimana cara membajak sawah dengan menggunakan kerbau. Tindakan ini dapat diinterpretasikan bahwasannya selain diberikan modal masyarakat miskin juga dapat menemukan cara untuk memahami bagaimana mereka bisa menghidupi dirinya sendiri.


Negara Vietnam saat ini telah menunjukkan perkembangan yang positif, seperti transformasi transportasi dari sepeda ke mobil, penataan daerah kumuh, munculnya kondominium mewah, tersebarnya pembangunan jalan dan gedung pencakar langit di Vietnam. Keadaan ini menunjukkan bahwasannya Negara Naga Biru tersebut telah mengalami transformasi perbaikan yang cukup dramatis selama 30 tahun terakhir. Kondisi ekonomi negara Vietnam yang membaik turut membuat perusahaan-perusahaan asing dari negara industri besar tertarik untuk melakukan investasi. Diantaranya yakni perusahaan besar Singapura seperti CapitaLand dan Keppel misalnya yang telah melakukan investasi besar-besaran di negara Vietnam karena melihat adanya peluang besar yang melimpah di negara tersebut.



DAFTAR PUSTAKA


Kumparan BISNIS. 2019. “RI Tertinggal dari Vietnam soal Penurunan Angka Kemiskinan”. https://kumparan.com/kumparanbisnis/ri-tertinggal-dari-vietnam-soal-penurunan-angka-kemiskinan-1sPXduFp9EJ/1. Diakses 22 Februari 2022.


The Poverty Line - Vietnam. (n.d.). Chow and Lin. https://www.chowandlin.com/vietnam. Diakses 22 Februari 2022.


Poverty Reduction in Viet Nam: Success, Lessons and Role of World Community. (n.d.). “Asia Society”. https://asiasociety.org/korea/poverty-reduction-viet-nam-success-lessons-and-role-world-community. Diakses 24 Februari 2022.


BORGEN Magazine. 2020. “The Rise of Vietnam: Poverty Reduction and Opportunities – BORGEN”. from https://www.borgenmagazine.com/the-rise-of-vietnam. Diakses 25 February 2022.


Vietnam. (n.d.). 2022. “Oxfam International”. https://www.oxfam.org/en/what-we-do/countries/vietnam.









40 views0 comments

Comentarios


bottom of page