top of page
  • Writer's pictureKSM Defensia UPN Veteran Yogyakarta

PERJUANGAN KELOMPOK MORO DALAM KONFLIK FILIPINA SELATAN

Updated: Aug 13, 2021

Oleh : Zahratul Azizah


Konflik di Filipina merupakan sebuah konflik yang terjadi antara Filipina dengan kelompok agama yaitu muslim Moro, yang terbagi dalam beberapa kelompok gerakan yakni Moro National Liberation Front (MNLF), Moro Independent Movement (MIM), Bangsa Moro Liberation Organization (BMLO), Moro Islamic Liberation Front (MILF), Islamic Command Council (ICC), Abu Sayyaf. Kelompok Moro merupakan sebuah kelompok etnis Muslim yang berada di Filipina Selatan atau lebih tepatnya di Pulau Mindanao. Filipina sendiri memiliki provinsi yang dihuni oleh mayoritas etnis agama islam yaitu berada di lima provinsi (Lanao del, Sur Mindanao, Sulu, Basilan, dan Tawi-tawi) serta di Kota Islam Marawi yang memiliki konstitusi Autonomous Region in Muslim Mindanao (ARMM).


Adanya perlakuan diskriminatif yang dilakukan oleh pemerintah Filipina pada Bangsa Moro dimana menciptakan sebuah struktur terpisah dari sistem politik Filipina untuk pengembangan masyarakat MNLF, integrasi pasukan MNLF ke dalam the Philippine National atau Police the Armed Force of Philippines yang digunakan sebagai upaya penguatan institusi untuk “otonomi pribadi”. Dalam hal tersebut, ruang lingkup Otonomi Pribadi dikelompokkan dalam Hukum Syariah dan Pendidikan Islam. Pemerintah Filipina menghapuskan struktur budaya hukum, politik yang berdasar pada hukum adat yang dapat berubah menjadi hukum positif di Filipina. Masalah yang terjadi di Filipina Selatan mendapat perhatian dari Organisasi Konferensi Islam (OKI) pada saat Konferensi Tingkat Menteri (KTM) ke-3 OKI yang diselenggarakan di Jeddah, Arab Saudi, tahun 1972.


Dalam konflik ini tentu kelompok Moro harus memperjuangkan keadilan bagi warga muslim yang ada di Filipina. Dalam memperjuangkan keadilan muslim, secara garis besar Moro memiliki dua kategori perjuangan, Pertama, kelompok Moderat yang didukung oleh mayoritas penduduk, karena mereka berusaha untuk mempertahankan hidup sebagai komunitas muslim. Dalam hal lain, kelompok moderat tersebut terpaksa untuk terus hidup dalam sebuah sistem politik yang telah dikendalikan oleh pemerintah Manila Merdeka. Namun, ternyata di Filipina sendiri muncul tekanan baru dari pemerintahan Filipina Merdeka dimana pemerintahan Filipina masih melanjutkan program integrasi nasional (pemindahan orang utara ke wilayah selatan) yang dapat menyebabkan diskriminasi dan penindasan kepada minoritas muslim. Dalam perjuangan ini, Moro memiliki konsekuensi yaitu mereka harus selalu berusaha melawan dan berjuang bahkan hingga mengangkat senjata untuk menuntut hak sebagai warga negara. Kelompok pertama ini lebih dikenal dengan kelompok pro-integrasi dan memperjuangkan otonomi di wilayah Moro.


Perjuangan kedua, Muslim Moro melakukan tindakan-tindakan yang menarik perhatian dunia internasional untuk memperjuangkan kemerdekaan, khususnya di negara-negara Islam tentang nasib mereka yang masih tertindas dan ditekan. Langkah-langkah lain yang mereka lakukan adalah dengan melakukan perlawanan melalui perang grilya, tujuannya untuk melemahkan pemerintahan Filipina.


Bukan hanya itu Moro juga membentuk organisasi-organisasi untuk pembebasan Muslim Moro dari berbagai tekanan dan diskriminasi. Salah satu organisasi tersebut yaitu Muslim Independent Movement (MIM). Gerakan ini lahir akibat tekanan dari pemerintah Filipina semakin berat. Pemerintah Filipina sering mengeluarkan kebijakan yang cenderung represif dan bahkan bertindak otoriter terutama kepada penduduk Muslim Moro. Organisasi tersebut hanya bertahan singkat karena mendapat tekanan dari pemerintah Filipina, sehingga organisasi ini bubar. Lalu pada tahun 1971 muncul organisasi baru dengan tujuan yang sama dengan nama MLF sejak saat ini kebijakan muslim Moro terus berbenah karena menggunakan sistem yang lebih otoriter. Dari organisasi MLF ini lahir pula organisasi perjuangan muslim Moro lainnya seperti Anshor el Islam, Moro National Liberation Front (MNLF), dan Moro Islamic Liberation Front (MILF).


Demi mendapatkan hak dan pengakuan, penduduk Islam di Filipina telah melakukan berbagai upaya untuk mencapai hal tersebut. Akan tetapi, upaya mereka menghadirkan sebuah konflik Muslim antara Bangsa Moro dengan Pemerintah Filipina di Manila yang memicu semangat pemberontakan di Mindanao, wilayah Filipina Selatan. Tahun 1968 sendiri merupakan tahun munculnya pergerakan muslim yang terorganisir. Munculnya beragam bentuk pergerakan muslim disebabkan terdapat perbedaan ideologi perjuangan, ada yang moderat hingga radikal seperti MILF.



REFERENSI :


Abdullah, Taufik, dkk, (ed). (1983), Tradisi dan kebangkitan Islam di Asia Tenggara, Jakarta : LP3ES. http://eprints.umm.ac.id/39193/2/BAB%20I.pdf


Agustino, Leo. “Konflik dan Perkembangan Politik di Thailand Selatan”. Diakses pada Januari 2011. https://www.researchgate.net/publication/311718762_Konflik_dan_Perkembangan_Politik_di_Thailand_Selatan


Ghofur, Abd. “DINAMIKA MUSLIM MORO DI FILIPINA SELATAN DAN GERAKAN SPARATIS ABU SAYYAF”. Vol.13 No. 2, Juni 2016. https://media.neliti.com/media/publications/164432-ID-dinamika-muslim-moro-di-filipina-selatan.pdf


Yunanto, Y, et. Al. 2003, Gerakan Militan Islam di Indonesia dan Asia Tenggara, Jakarta : Frederich Ebert Shiftung, 2003.




236 views0 comments

Commentaires


bottom of page