top of page
  • Writer's pictureKSM Defensia UPN Veteran Yogyakarta

Peperangan Asimestris Dalam Konteks Ilmu Hubungan Internasional

Updated: Sep 28, 2019

Pemateri : Taufik Akbar

Tanggal : 30 Agustus 2019

Tempat : Laboratorium Pertahanan dan Keamanan [AS- 1-5]

Peperangan Asimetris dimana terjadinya perang yang tidak berimbang atau tidak mempunyai persenjataan yang canggih namun bisa memenangkan peperangan.

Perang Generasi 1

Perang generasi 1 adalah perang yang harus sesuai dengan jumlah dimana jumlah yang paling banyak maka akan menang. Dimana ada strategi, yaitu adanya garis ataupun kolo m-kolom. Pada perang ini sudah ada jendral perang, danton, dll . sebelumnya juga ada perang, contoh perang salib namun hanya ada panglima , tidak terstruktur hingga struktur yang palin kecil.

· Perang Napoleon : adalah perang

Perang Generasi 2

· Perang Dunia I

Strategi yang paling terkenal adalah blikstreak dipakai oleh jerman untuk mengalahkan prancis.

· Perang Sipil Spanyol

Perang Generasi 3

· Perang dunia 3

· Perang Vietnam

· Perang Iraq

Senjata yang dimanfaatkan semakin canggih dan perang semakin meluas. Perang menggunakan manufer kecepatan. Perang Israel 6 hari, Israel menghantam liga arab, walaupun senjata yang tidak seimbang namun Israel mampu melawan.

Perang Generasi 4

· Terrorism

· Insurgency

· Cyber

Pada perang ini, lawan nya sudah tidak jelas, yang disasar bukan military, namun pemerintah dan populasi. Pada perang ini benar benar mengandalkan kekuatan senjata, kekuatan akal membaur semuanya.

Peperangan asimetris harus mempunyai ideology, pemimpin yang kuat dan pejuang yang loyal.

“Ada dua kekuatan di dunia, pedang dan akal. Dalam jangka panjang, kekuatan pedang selalu dikalahkan akal” – Napoleon Bonaparte

Perang Reguler

Jenis perang yang dilakonkan oleh dua belah pihak atau lebih dengan tradisi strategi dan taktik yang konvensional dimana dilakukan oleh pasukan berseragam

Perang Asimetris

Suatu kondisi perang dimana ada satu atau lebih peserta perang yang memanfaatkan kemampuan dan kekuatan irregular yang tidak tergantung pada besar pasukan karena sangat memungkinkan perang ini dilakukan satu orang saja dari suatu tempat yang jauh dari wilayah sengketanya. Perang asimetris tidak dibatasi oleh aturan atau besaran kekuatan tempur, tempat dan atau luasan daerah pertempuran.

Cyber

Martin Libicki, (Information Walfare) – kemampuan untuk memprokteksi, memanipulasi, melemahkan dan menghalangi informasi

1. Command and Control warfare

2. Intelligence-Based Warfare

3. Elektronic warfare

4. Pshycological Warfare

5. Hacker Warfare

6. Economic Information Warfare

7. Cyber Warfare

INSURGENCY

US Army Combined Arms Center

1. Leadership

2. Ideology

3. Objectives

4. Environment and Geography

5. External Support

6. Internal Support

7. Phasing and Timing

8. Organizational and Operational Pattern

Political wing, Political wing, Clandestine.

TERRORISM

MOGHADDAM

Ground Floor : Phycological Interpretation of material conditions

1st Floor : Perceived Options to fight unfair treatment

2nd Floor : Displacement Of Agrssion

3rd Floor : Moral Engagement

4th Floor : Solidification of categorical thinking and the perceived legitimacy of the terrorist organization

5th Floor : The terrorist act and sidestepping inhibitory mechanisms

Semua mindset diawali oleh ketidakadilan. Sehingga melakukan berbagai cara walau masih banyak ideology lainnya yang mendorong terjadinyan terrorist tersebut.

1. Perbedaaan Asimetris warfare dan Convensional warfare

Perang regular ada aturannya (berseragam)

Sedangkan asimetris warfare tidak ada aturannya , benar-benar bukan hanya dijalankan oleh negara-negara seperti amerika namun juga negara-negara ketiga. untuk mempertahankan masa konflik, untuk melemahkan mental negara tersebut. Seperti perang Vietnam, perang berlarut sehingga mental amerika serikat tidak kuat lagi berperang. Inilah taktik asimetris.

2. Seberapa besar Indonesia mempersiapkan perang asimetris

Dari jaman dulu, Indonesia sudah siap dengan hal tersebut, seperti perang gerlya, dimana ada penangkalan (ditangkal baik itu informasi, massa, dan persenjataan) , penindakan dan pemulihan (bangun infrastruktur, ajak tokoh agama berdiskusi, memberikan alokasi khusus). Itulah strategi yang dihadapi. Untuk Cyber Indonesia masih dilemma, ketika infrastruktur tidak dijaga dengan baik maka akan terjadi kejadian hal hal yang tidak diinginkan (mati lampu dijawa-jakarta). Dibalik itu ada insider,apakah tidak senang dengan pemerintah, apakah gaji kurang dan disengaja mematikan lampu. Sehingga muncul berita adanya serangan cyber kepada pln. Dimana nuklir iran dimatikan oleh flashdisk.

3. Berbicara ideology, senjata yang paling kuat bukan tank, nuklir dll

Senjata yang paling kuat adalah ideology. Apabila di kaitkan dengan kasus yang tidak mau memberikan hormat, beberapa 30 tahun kemudian, ia ingin bunuh diri sekeluarga. Saya mempunyai teman yang sangat radikal, dan selalu menutupi bahwa alasannya ia seperti itu karena dari internet. Lalu bagaimana cara kita menangkal sebuah ideology, namun ideology bukan melawan ideology , kita tidak bisa melawan hanya bisa menurunkan ideology baru kegenerasi seterusnya .

Kasus ini , lebih ke kontra radikal, dimana jangan diberi ruang ekslusive kepadanya , saran : jangan beri peluang untuk dia sendiri, kita masuk pelan-pelan, caritahu psikologi dia seperti apa, dirangkul serta dibantu. Sehingga ia tidak merasa lagi adanya unfair. Perkenalkan dengan kyiai yang mengayomi. Hal hal seperti itu jangan dihindari, pemerintah juga ada program deradikalisasi, dimana ada orang radikal lalu diobati, mindsetnya dicuci . sehingga musuh yang paling ditakutkan amerika serikat adalah paskibra, menghormat bendera.


Diera sekarang ini , begitu banyak di media social ada orang yang berfikiran adalah pola-pola fikir seperti ini cenderung memberikan sebuah mindset ini adalah pelanggaran ham, larangan-larangan berpendapat, ada gak sih batas-batas berbicara bagi negara yang berbicara ttg HAM.

HAM adalah produksi barat, utk memakan yang aturannya belum kuat. Dan memposisikan diri kita sendiri, apakah kita sebagai aktivis ham , atau sebagai actor negara. Adanya persekusi terhadap ulama. Kondisi saat ini penuh dengan dilemma, Indonesia tidakbisa menyamakan lagi dengan yang dulu. Yang membahayakan negara, apabila seseorang/ulama berfikiran takfiri (merasa paling benar). Pemerintah sering menangkap melalui UU ITE. Diluar negeri UU ITE lebih ke serangan Cyber seperti mencuri data ditangkap, meng-hack pemerintah ditangkap. Alat unutk mempersekusi ulama tsb melalui UU ITE, sehingga mindset membuat seperti itu, padahal tidak semua Ulama seperti itu.



64 views0 comments

Comments


bottom of page