Oleh : Rifdah Salsabiila
Sudah hampir penghujung tahun 2020 dimana banyak negara di dunia masih berusaha melakukan yang terbaik untuk mendapatkan vaksin yang dapat menangani COVID-19. Selain upaya mandiri negara, kerja sama juga dilakukan antar negara sebagai salah satu upaya untuk menemukan vaksin yang dapat menyelamatkan negara masing-masing, menjaga health security dan menunjukkan solidaritas global. Berdasarkan situs World Health Organization (WHO), telah terdapat 172 negara yang bekerja sama untuk menemukan vaksin diantaranya Inggris, Arab Saudi, Jepang bahkan Indonesia disamping kerja samanya dengan Sinovac melalui perusahaan farmasi PT. Bio Farma dan vaksin Merah Putih buatannya sendiri. Inisiatif kerja sama global ini disebut dengan Covax yaitu akses yang sama untuk mendapatkan vaksin bagi negara-negara dengan bekerja sama bersama produsen vaksin. Selain itu, hingga bulan Agustus lalu dikabarkan telah terdapat beberapa kandidat vaksin.
Oleh sebab itu, WHO terus gencar menghimbau ke negara-negara yang belum bergabung agar segera bergabung pada Covax untuk keberhasilan dalam menjaga global health security di tengah pandemi COVID-19. Ditengah usaha tersebut, WHO menghimbau kepada negara-negara yang belum bergabung, pada 1 September 2020 lalu Amerika Serikat menyatakan menolak untuk bergabung pada Covax dan bersama mitra internasionalnya terus berjuang melawan Covid-19. Pernyataan tersebut disampaikan oleh juru bicara Gedung Putih, Judd Deere. Sikap Amerika Serikat tersebut disayangkan karena dengan begitu dapat dikatakan Amerika Serikat tidak menunjukkan solidaritas globalnya. Padahal penting adanya solidaritas global untuk tercapainya global health security.
Sikap Amerika Serikat tersebut buruk untuk keberlangsungan Covax. Kegagalan untuk menerima dan bergabung ke dalam Covax berarti akan ada lebih sedikit dana untuk mendukung peningkatan produksi serangkaian kandidat vaksin Covax untuk mencapai pasokan global yang memadai. Selain itu, kerugian juga dapat dirasakan Amerika Serikat pada keamanan nasionalnya seperti kesehatan dan perekonomiannya. Jika Amerika Serikat tidak bergabung dengan Covax, diperlukan waktu yang cukup banyak dalam menemukan vaksin dan pendistribusiannya akibat kurangnya pasokan dana sehingga kesehatan rakyat mereka masih dikatakan rawan karena keadaan kesehatan global yang belum stabil dan tentu berefek pada perekonomian mereka. Belajar dari sikap Amerika Serikat, diharapkan negara-negara yang belum bergabung agar dapat mempertimbangkan dampak yang dapat terjadi. Sehingga, tercapai keputusan untuk bergabung pada Covax dan dapat diambil kesimpulan bahwa sangat penting sikap solidaritas global untuk mencapai global health security di tengah pandemi COVID-19 ini. Mengingat global health security bukanlah perkara sepele melainkan perkara yang dapat mempengaruhi berbagai aspek baik nasional maupun internasional.
Referensi:
World Health Organization, 2020, 172 countries and multiple candidate vaccines engaged in COVID-19 vaccine Global Access Facility. Diakses dari: https://www.who.int/news-room/detail/24-08-2020-172-countries-and-multiple-candidate-vaccines-engaged-in-covid-19-vaccine-global-access-facility pada 19 September 2020.
Salengke, Haufan Hasyim, 2020, 172 Negara Sudah Daftar Portofolio Vaksin WHO. Diakses dari: https://mediaindonesia.com/read/detail/339282-172-negara-sudah-daftar-portofolio-vaksin-who pada 20 September 2020.
AlJazeera, 2020, US says it will not join global effort to find COVID-19 vaccine. Diakses dari: https://www.aljazeera.com/news/2020/09/join-global-effort-find-covid-19-vaccine-200901221946995.html pada 20 September 2020.
Matamata politik Berita Politik Dunia, 2020, Bergabung dengan COVAX Bisa Selamatkan Nyawa Amerika. Diakses dari: https://www.matamatapolitik.com/bergabung-dengan-covax-bisa-selamatkan-nyawa-amerika-opini/ pada 20 September 2020.
Comments