top of page

Penambangan di Laut Dalam di Zona Clarion-Clipperton: Peluang Ekonomi atau Bencana Ekologis?

  • Writer: KSM Defensia UPN Veteran Yogyakarta
    KSM Defensia UPN Veteran Yogyakarta
  • May 29
  • 3 min read

Oleh : Safira Khoirunnisa


Zona Clarion-Clipperton (CCZ) merupakan suatu zona rekahan yang terbentuk akibat pergerakan lempeng tektonik di Samudra Pasifik. Zona ini membentang dari Meksiko hingga Hawaii, Amerika Serikat, dengan luas sebesar 6 juta kilometer persegi. Potensi sumber daya yang terkandung di bawah laut dalam CCZ mengembangkan minat terhadap penambangan laut dalam secara signifikan, karena dianggap akan sangat menguntungkan. Beberapa negara di sekitarnya berambisi untuk mengeruk sumber daya mineral di CCZ, terutama pasca kenaikan harga logam pada tahun 2020-an silam. Beberapa negara juga berkeinginan untuk memenuhi kebutuhan mineral domestiknya dengan mengurangi ketergantungan mereka pada negara-negara penghasil mineral.

Zona Clarion-Clipperton pertama kali ditemukan pada tahun 1950-an. Pada tahun 1970-an, zona ini menarik perhatian karena potensi penambangan bawah laut di dalamnya. Di area bawah laut CCZ, ditemukan nodul polimetalik yang melimpah. Pada tahun 1982, United Nations Convention on the Law of the Sea (UNCLOS) membentuk kerangka hukum untuk eksploitasi sumber daya mineral laut–hal ini kemudian diartikan sebagai pengakuan formal akan potensi ekonomi melalui penambangan laut dalam, seperti di CCZ. Penambangan laut dalam adalah praktik pengambilan logam dan mineral dari dasar laut pada kedalaman lebih dari 200 meter. Ada berbagai jenis penambangan laut dalam, yang ditentukan oleh jenis bijih yang ditargetkan untuk dieksploitasi. Yang paling maju dalam hal teknologi dan proses di International Seabed Authority (ISA) adalah penambangan nodul polimetalik. Endapan logam dan mineral seperti mangan, nikel, dan kobalt ini telah terbentuk di dasar laut selama jutaan tahun dan mineral ini dicari oleh perusahaan pertambangan dengan klaim bahwa mineral ini diperlukan untuk memenuhi kebutuhan rantai pasokan bagi produsen kendaraan listrik dan infrastruktur energi bersih. 

Kemudian, pada tahun 2000-an, terjadi peningkatan minat akan potensi penambangan laut dalam di CCZ. Terlebih, pada masa itu, teknologi telah berkembang, harga komoditas pun mengalami peningkatan, hingga pada pertengahan tahun 2000-an, beberapa perusahaan dan negara membuat kontrak dengan ISA untuk mengeksplorasi CCZ. Akan tetapi, pada pertengahan tahun 2010, kesadaran dan perhatian akan dampak lingkungan dari aktivitas penambangan laut dalam meningkat. Mulai ada beberapa LSM lingkungan, aktivis, dan ilmuwan, yang memperdebatkan kerangka aturan dan praktik untuk mengurangi dampak lingkungan. 

Penambangan laut dalam menghadirkan dikotomi yang menarik antara daya tarik kemakmuran ekonomi dan ancaman degradasi lingkungan yang membayangi. Di satu sisi, kedalaman laut menyimpan cadangan mineral penting yang sangat besar dan belum dimanfaatkan seperti kobalt, nikel, mangan, dan tembaga.. Sumber daya ini semakin penting bagi sektor teknologi hijau yang sedang berkembang, yang menggerakkan kendaraan listrik, turbin angin, dan berbagai perangkat elektronik. Para pendukung penambangan laut dalam berpendapat bahwa mengakses endapan bawah laut ini dapat mendiversifikasi rantai pasokan global, yang saat ini terkonsentrasi di beberapa lokasi berbasis daratan yang rentan terhadap ketidakstabilan geopolitik. 

Para ilmuwan terus memperingatkan bahwa ada kekhawatiran serius atas berbagai dampak yang akan ditimbulkan oleh aktivitas tersebut. Dampak paling langsung dari penambangan laut dalam adalah hilangnya spesies dan fragmentasi atau hilangnya struktur dan fungsi ekosistem. Suara mesin akan mempengaruhi satwa liar, pengikisan dasar laut akan membunuh hewan dan tumbuhan, dan gumpalan sedimen akan mencekik dan memengaruhi kehidupan laut di semua zona lautan. Kerusakan yang disebabkan pada ekosistem laut dalam kemungkinan besar akan bersifat permanen. Penambangan laut dalam juga akan memengaruhi permukaan laut yang lebih tinggi. Tekanan kumulatif dari penangkapan ikan yang berlebihan, perubahan iklim, dan polusi menempatkan lautan dan semua kehidupan laut pada risiko kehancuran. Penambangan laut dalam merupakan tambahan yang relatif baru dalam daftar ancaman yang dihadapi lautan, tetapi dampaknya bisa sangat dahsyat. 

Potensi keuntungan ekonomi dengan risiko lingkungan akan aktivitas penambangan laut dalam sangat kontras. Manfaat ekonomi dianggap sebagai sesuatu yang nyata, menawarkan penciptaan kekayaan dan keamanan sumber daya untuk mendorong kemajuan teknologi dan mendukung perkembangan ekonomi. Namun, dampak lingkungan, berpotensi luas dan jangka panjang. Pada akhirnya, keputusan mengenai penambangan laut dalam memerlukan tindakan penyeimbangan yang rumit antara daya tarik langsung keuntungan ekonomi dan keharusan untuk melindungi salah satu ekosistem paling vital dan paling tidak dipahami di planet ini untuk generasi mendatang. Bukti menunjukkan bahwa biaya ekonomi jangka panjang yang terkait dengan degradasi lingkungan yang disebabkan oleh penambangan laut dalam lebih besar daripada manfaat finansial jangka pendeknya.


 
 
 

Comments


bottom of page