Oleh: Tim Redaksi
Yogyakarta 15 September 2024, Program pelatihan berbasis pada simulasi oleh Kelompok Studi Mahasiswa Defence and Security Studies (KSM DEFENSIA) mengusung tema tentang perdagangan karbon global. Tema yang diusung yaitu “Carbon Trading dalam Mitigasi Perubahan Iklim Global: Solusi Nyata atau Sekedar Greenwashing yang saat ini sedang naik daun dalam isu internasional. Kelompok Studi tersebut memberikan fasilitas pelatihan simulasi resolusi konflik yang didahului dengan kuliah umum yang mendatangkan pakar ahli karbon trading dan teori konflik. Kegiatan Pelatihan Simulasi Resolusi Konflik (PSRK) 2024 berjalan dengan baik disambut antusiasme dari para peserta mahasiswa UPN Veteran Yogyakarta maupun mahasiswa dari luar UPN Veteran Yogyakarta, sehingga terjadi percakapan antara narasumber dan peserta secara komunikatif, serta terjadi transfer pengetahuan dari narasumber kepada peserta seminar. Menurut ketua panitia dalam laporannya pada 14 September ketika membuka kuliah umum lebih dari seratus peserta yang menghadiri dan berpartisipasi dalam kegiatan hari pertama dan diikuti oleh 40 peserta simulasi sidang resolusi konflik. “Peserta kegiatan pelatihan dan simulasi resolusi konflik berjumlah 140 Orang” tutur Khamal freddyanto saat melaporkan kegiatannya.
Pembicara menyoroti terkait skema carbon trading sebagai solusi untuk mitigasi perubahan iklim global. Melihat dari regulasi yang telah diberlakukan, skema carbon trading memunculkan konflik-konflik. Beberapa konflik yang paling kerap terjadi adalah konflik ketidaksetaraan dan konflik kepentingan. Penyebabnya adalah adanya ketidaksetaraan atas jual beli dalam skema carbon trading, serta adanya distribusi yang tidak merata akibat perubahan iklim. Skema ini menekankan bahwa negara maju memiliki kewajiban untuk menurunkan emisi. Oleh sebab itu, negara maju cenderung memegang peluang yang lebih tinggi terkait penurunan emisi, sehingga menimbulkan ketidaksetaraan. Skema carbon trading memang sudah ada regulasi yang mengatur, sudah ada pula badan yang mengawasi. Namun, dalam praktiknya, tidak semua negara berkembang bisa memenuhi aturan main yang disediakan, sehingga yang berdampak adalah negara lain yang mengikuti aturannya. Hak-hak masyarakat belum tentu terpenuhi karena masyarakat tidak dilibatkan dalam negosiasi, sehingga tindakan ini bisa menjadi brainwashing.
Pada hari kedua dilakukan simulasi terkait permasalahan yang telah disampaikan pada hari sebelumnya dengan kuliah umum. Simulasi dilakukan dengan model mediasi yang menghadirkan mediator yakni Muwalliha Syahdani, S.Sos., C.Me.,dan Co-Mediator yaitu Luluk Dewantari, S.Sos yang keduanya memiliki sertifikasi mediator dari BNSP. Pelaksanaan simulasi resolusi konflik banyak memberikan gambaran kepada mahasiswa model penyelesaian konflik dalam konflik internasional. Model mediasi yang diusung tahun ini agar memudahkan dalam penggambaran penyelesaian negosiasi konflik multilateral. “Disini lah pembeda antara model united nation dengan PSRK karena menggambarkan aktor bukan negara dan aturan agendanya yang bertujuan untuk menyelesaikan konflik” - tutur salah satu peserta simulasi. Pelatihan yang diselenggarakan oleh KSM DEFENSIA penting dalam hal fokus kajian suatu pertahanan dan keamanan, tidak hanya pertahanan militer namun semua aktor yang berdinamika dalam mekanisme global berperan aktif dalam menjaga lingkungan dan meminimalisir kerusakan lingkungan akibat peningkatan produksi karbon. Pelatihan ini memberikan gambaran negosiasi yang dilakukan oleh negara maupun non-negara sehingga diharapkan seluruh peserta yang mengikuti dapat mendalami perannya sesuai dengan delegasi yang di kemudian hari dapat memberikan pengalaman dalam dunia profesional.
Comentarios