Oleh : Raihan Athallah
Suriah menghadapi situasi yang cukup rumit dikarenakan perang saudara yang terjadi sejak tahun 2011 dan konflik tersebut tak kunjung menemui titik terang sehingga mengakibatkan krisis pengungsi suriah yang diperkirakan 6,5 juta warga suriah sudah meninggalkan tempat asalnya dan Turki menjadi negara tujuan dari para pengungsi tersebut, 1.182.000 pengungsi Suriah di Turki adalah anak-anak sekitar 746.000 anak berada pada usia sekolah. Namun, 400.000 - 415.000 dari jumlah anak-anak tersebut tidak mendapatkan akses terhadap pendidikan sehingga secara terpaksa mereka berada pada resiko untuk dipekerjakan, dieksploitasi, dan mengalami kekerasan. Para pekerja anak tersebut dipaksa untuk bekerja dengan waktu yang sama seperti orang dewasa namun dengan pemberian upah setengah dari yang seharusnya tidak jarang juga anak-anak tersebut ditempatkan pada bidang pekerjaan yang berat dan membahayakan mereka, pada tahun 2016 Sezen Yalcin mengungkapkan bahwa 30% dari pekerja anak tersebut mengaku menerima kekerasan baik secara verbal maupun fisik hampir setiap hari oleh atasannya sehingga mereka menderita sakit fisik pada punggung, kaki, mata, dan bebrapa bagian tubuh lainnya.
Pekerja anak pengungsi Suriah ini tersebar di kota-kota besar yang ada di turki seperti İstanbul, Hatay, Şanlıurfa dan Adana. Kondisi anak-anak pengungsi suriah yang dipekerjakan ini tentunya tidak lepas dari faktor ekonomi orang tua pengungsi dimana mereka sudah kehilangan pekerjaan akibat dari konflik perang saudara yang sedang berlangsung di Suriah dan mereka juga kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan di Host country sehingga secara terpaksa para anak pengungsi tersebut harus ikut andil dalam memperoleh penghasilan untuk keberlangungan hidup mereka, selain itu dibeberapa kota turki menerapkan kebijakan berupa pembatasan terhadap jumlah pengungsi yang memiliki akses terhadap kegiatan ekonomi bahkan diantara kota tersebut melakukan pembatasan akses kegiatan ekonomi terhadap Wanita, yang mana hal tersebut meningkatkan presentase anak-anak usia sekolah untuk bekerja seperti di Hatay Sekitar 70 hingga 80% anak-anak setidaknya bekerja selama 6 hari per minggu dan 90% bekerja lebih dari 8 jam per hari dan mereka berada pada rentang usia 14-15 tahun, pembatasan yang dilakukan Turki tersebut tentunya untuk menjaga kestabilan ekonomi dari negara Turki itu sendiri pasalnya jumlah pengungsi suriah yang datang ke Turki tidaklah sedikit hampir 3 juta pengungsi yang datang dan itu memberikan dampak terhadap perekonomian Turki dimana mereka harus memeberikan bantuan terhadap pengungsi berupa makanan dan tempat tinggal, Meski sudah ada beberapa pihak yang mencoba menawarkan Solusi untuk menjamin masa depan para pekerja anak tersebut seperti diadakannya sekolah gratis namun lagi dan lagi faktor ekonomi keluarga para pengungsi yang menjadi halangan bagi anak untuk memanfaatkan akses pendidikan tersebut. Permasalahan pekerja anak di Turki ini sudah menjadi masalah yang terus terjadi dari tahun ke tahun hingga mendapatkan perhatian dari dunia internasional, organisasi internasional seperti ILO (International Labour Organization) memberikan perhatiannya terhadap masalah ini dan mengupayakan penyelesaian atas kondisi ini berupa menjadikan ILO sebagai wadah dan mendorong bertemunya negara-negara anggota untuk menjalin Kerjasama serta menghubungkan mereka dengan aktor-aktor internasional lainnya seperti IGO dan NGO yang memiliki fokus pada isu pekerja anak, kemanusiaan, dan pengungsi, salah satunya adalah melalui program yang dikembangkan oleh ILO Bersama Host Country yaitu 3RP (Regional Refugee and Resilience Plan) dimana program ini berfokus pada pembangunan dan pekerjaan yang layak untuk mendukung host communities dan pengungsi sehingga peluang anak-anak usia sekolah untuk bekerja bisa terjadi penurunan.
REFERENSI
Human rights watch, 2015, Barriers to Education for Syrian Refugee in Turkey, diakses melalui https://www.hrw.org/report/2015/11/08/when-i-picture-my-future-i-see-nothing/barriers-education-syrian-refugee-children (24/07/19. 23.45)
Türkiye'de Çocuk İşçiliği Sorunu,” [Child Labour in Turkey], Hayata Destek, 11
March 2016, diakses melalui www.hayatadestek.org/media/files/Turkiyede_Cocuk_Isciligi_Sorunu_Suriyed.pdf (13/01/19. 17.01)
ILO Office in Turkey: Programmes and projects, ILO, diakses melalui https://www.ilo.org/ankara/areas-of-work/lang--en/index.htm(11/01/19.13.50)
Sezen Yalcin, Syirian Child Workers in Turkey ,Turkish Policy Quarterly, diakses
melalui http://turkishpolicy.com/article/831/syrian-child-workers-in-turkey#_ftn17 (13/01/19. 18.12)
M. Hussain and Maskus, K. 2003. “Child labour use and economic growth: An econometric analysis,” World Economy, 26, (7)
3RP Regional Refugee & Resilience Plan 2015-2016 TURKEY In Response To The Syria Crisis, “Regional Refugee & Resilience Plan 2015-2016 TURKEY”.
Child Labour in Turkey: Situation of Syrian Refugees and the Search for Solutions,
Istanbul Bilgi University Center for Migration research, 11 Maret 2011, Istanbul Bilgi University
コメント