top of page
Writer's pictureKSM Defensia UPN Veteran Yogyakarta

Latar Belakang Konflik Zaitokukai terhadap Zainichi di Jepang

Oleh : Zahra Tsaniya

Secara umum, kelompok yang dominan cenderung akan mempertahankan posisi yang ada sekarang dan menahan proses perubahan sosial yang mungkin akan mengacaukan status quo yang ada. Ketakutan akan kehilangan kekuasaan membuat mereka melakukan penindasan dan menyia-nyiakan potensi-potensi produktif dari kaum minoritas. di sisi yang lain, yang kemudian dapat mengarah pada terjadinya tindakan yang diskriminatif. Pada tahun 1974 dalam memerangi diskriminasi etnis minoritas, Warga Korea dan masyarakat peduli Jepang mendirikan Mintohren (Dewan Nasional untuk Memerangi Diskriminasi Terhadap Etnis Minoritas) yang dibentuk untuk memperjuangkan hak asasi manusia dan sipil penduduk Korea di Jepang.


Selanjutnya, terdapat organisasi politik ekstrimis ultra nasionalis kanan di Jepang yang memiliki hak-hak istimewa yakni Zainichi, kemudian organisasi ini ditentang oleh Asosiasi Masyarakat yang bernama Zaitokukai yang menentang hak-hak istimewa yang dimiliki oleh Zainichi. Zaitokukai menuduh bahwa orang-orang Zainichi Korean memiliki hak hukum khusus yang diberikan melalui proses integrasi mereka ke dalam masyarakat Jepang. Organisasi ini mengklaim bahwa orang-orang Zainichi Korean menggunakan "nama samaran" yang bergaya Jepang dan seringkali berbeda dari nama asli Korea mereka untuk menyalahgunakan sistem kesejahteraan dan administrasi penduduk di Jepang. Anggota kelompok ini juga menganggap bahwa jauh lebih mudah bagi Zainichi Korean untuk mengklaim dan menerima tunjangan kesejahteraan sosial daripada warga Jepang, sehingga menimbulkan masalah serius pada seluruh sistem kesejahteraan di Jepang sehingga merugikan warga Jepang sendiri. Selain itu, anggota Zaitokukai juga menuduh bahwa orang-orang Zainichi Korean juga melakukan kecurangan dalam sistem pajak dan mengklaim bahwa orang-orang Zainichi Korean membayar pajak dalam jumlah yang kecil termasuk pajak penghasilan, pajak perusahaan dan pajak daerah.


Kebencian dan sentimen antar etnis kedua negara ini bukan merupakan suatu fenomena yang mengejutkan, mengingat kedua negara ini merupakan rival secara historis dan kini terdapat beberapa faktor ekonomi maupun politik yang semakin meningkatkan sentimen masyarakat kedua negara ini. Faktor-faktor lain yang lebih berpengaruh memicu adanya kebencian antar etnis yang kemudian melahirkan kelompok ekstremis ini. Penyebab tersebut antara lain, konflik teritorial antara pemerintah Jepang dan Korea, sentimen historis yang berakar dari peristiwa berpuluh – puluh tahun yang lalu terkait imperialisme Jepang, kebijakan pemerintah yang mengakomodasi warga asing dan kondisi ekonomi beberapa waktu terakhir kemudian memunculkan kecemburuan sosial terhadap warga selain Jepang. Sehingga kemudian kelompok Zaitokukai ini muncul dalam masyarakat Jepang. Adanya kelompok Zaitokukai dapat menjelaskan konsep Uchi to Soto yang ada di dalam tatanan masyarakat Jepang karena mereka tidak bisa menerima keberadaan ‘orang luar’ dalam wilayah Jepang. Fenomena ini sekaligus menjadi sebuah anomali karena di negara Jepang yang dianggap sebagai negara ‘cinta damai’ yang menjaga harmoni, ternyata ada sekelompok masyarakat yang membenci kelompok masyarakat yang lain. Bahkan kebencian ini ditunjukkan dengan tindakan protes langsung di ruang publik maupun melalui protes di dunia maya.

Walikota Osaka Toru Hashimoto menyatakan bahwa dia berharap ada peraturan yang disahkan untuk menindak ujaran kebencian pada tahun ini. Dia juga berharap agar Osaka bisa menjadi panutan bagi kota-kota Jepang lainnya. Meskipun perubahan hati yang tulus oleh sekitar 10.000 atau lebih anggota Zaitokukai akan lebih ideal, akan lebih realistis untuk berharap bahwa tekanan internasional dapat mengubah contoh perilaku diskriminatif mereka yang paling mengerikan. Semua manusia berhak untuk diperlakukan dengan bermartabat dan hormat, terlepas dari status hukum atau latar belakang ras / etnis mereka. Jika Jepang ingin mempertahankan posisinya di dunia, maka Jepang harus memastikan bahwa hak-hak tersebut harus tetap diberikan kepada setiap individu yang tinggal di dalam perbatasannya.




DAFTAR PUSTAKA

Heywood, Andrew. 2014. “Global Politics”. Basingstoke : Palgrave Macmillan.


Anggraheni, Putri Noor. 2009. “Identitas Etnis Generasi Ketiga Orang Korea Zainichi”. Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Indonesia.


Clarissa, G.A. Amanda. 2014. “Latar Belakang Perubahan Pemerintah Jepang terhadap Minoritas Korea (Zainichi Koreans)”. Universitas Gajah Mada.


Eunyoung, Choi. 2013. “Diskriminasi Orang Jepang terhadap Zainichi Korean Generasi Ketiga”. Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Indoneisa.


Osaki, Olie. 2014. “Japan's 'Internet Nationalists' Really Hate Koreans”. https://www.vice.com/en_us/article/gq8y87/japan-racism-zaitokukai. Diakses pada 5 September 2022.


Pollmann, Mina. 2015. “Japan’s Xenophobia Problem”. https://thediplomat.com/2015/07/japans-xenophobia-problem/. . Diakses pada 5 September 2022.


McCurry, Justin. 2016. “Japan to conduct racism survey after record rise in foreign residents”. https://www.theguardian.com/world/2016/oct/31/japan-to-conduct-first-racism-survey-after-record-rise-foreign-residents. . Diakses pada 5 September 2022.






7 views0 comments

Commenti


bottom of page