GEOPOLITIK SIBER DI ERA MODERN: KETIKA SEKUTU BISA BERBALIK ARAH
- KSM Defensia UPN Veteran Yogyakarta
- 3 hours ago
- 3 min read

Oleh: Renda Inestya Rahe
Dalam era kontemporer, dinamika geopolitik tidak lagi sekedar ditentutan oleh kekuatan militer dan ekonomi untuk menentukan pengaruh suatu negara, dunia kini menghadapi dimensi baru dalam bentuk geopolitik siber sebagai arena persaingan global. Perubahan ini telah mengubah cara negara-negara berinteraksi, membangun aliansi, bahkan mengkhianati sekutu mereka. Salah satu dinamika menarik dalam geopolitik siber adalah perubahan arah aliansi. Hal ini, dapat menimbulkan ancaman bagi hubungan antar negara, tidak hanya dengan negara rival, tetapi juga potensi munculnya konflik dengan negara yang menjalin hubungan kooperatif. Negara-negara yang sebelumnya memiliki hubungan yang baik, kini bisa saling curiga bahkan saling menyerang di dunia maya, menjadikan cyberspace sebagai medan perang baru di mana negara-negara bersaing untuk mendapatkan dominasi teknologi dan informasi (Rahman, 2020). Dengan meningkatnya ketegangan di dunia siber, sekutu yang seharusnya saling mendukung dalam menjaga keamanan kini berisiko melakukan sebaliknya. Masalah utama yang dihadapi adalah bagaimana negara-negara dapat melindungi diri mereka dari serangan siber dengan tetap mempertahankan hubungan antarnegara.
Geopolitik siber mengacu pada bagaimana ruang siber yang mencakup internet, jaringan informasi, dan teknologi digital menjadi arena baru dalam persaingan geopolitik antar negara (Ramadhan, 2021) melibatkan penggunaan teknologi digital sebagai alat untuk memengaruhi kebijakan, mengamankan kepentingan nasional, serta sering kali dipakai untuk melancarkan serangan terhadap negara lain. Salah satu contoh serangan siber dari negara yang sebelumnya memiliki hubungan baik adalah intervensi Rusia dalam pemilihan presiden Amerika Serikat tahun 2016. Melalui peretasan data dan kampanye disinformasi di media sosial, serangan ini bertujuan untuk memengaruhi hasil pemilihan untuk kepentingan politik Rusia (Sholeh, 2022). Serangan ini tidak hanya merusak kepercayaan publik terhadap sistem demokrasi di AS, tetapi juga menciptakan ketegangan antara kedua negara tersebut. Selain itu, negara-negara sekutu NATO juga mulai mempertanyakan sejauh mana mereka dapat mempercayai satu sama lain dalam hal keamanan siber. Hal ini menunjukkan bagaimana ruang siber dapat digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan politik dan merusak hubungan antarnegara. Meskipun AS dan Rusia bukan sekutu dekat, keduanya memiliki hubungan bilateral ekonomi dan diplomatik. Dalam konteks ini, mempertegas bahwa ketika satu negara melakukan serangan siber ke negara lain yang seharusnya menjadi partner bisa dikatakan sebagai “pengkhianatan”, semacam sekutu yang “berbalik arah”.
Geopolitik siber menghadapi berbagai tantangan yang cukup kompleks. Pertama, tidak adanya norma dan aturan internasional yang jelas mengatur tindakan dalam cyberspace menciptakan ketidakpastian bagi negara-negara dalam merespon serangan siber, sehingga membuka celah bagi negara-negara untuk dapat dengan mudah melanggar batasan dan melakukan serangan yang merugikan. Kedua, perkembangan teknologi kecerdasan buatan AI memperumit tantangan yang harus dihadapi. Peran organisasi internasional (OI) seperti PBB menjadi sangat krusial dalam membangun norma terkait keamanan siber. PBB dapat menjadi mediator untuk dialog dan kerja sama di bidang keamanan siber. Dengan membangun kepercayaan dan transparansi, dapat meminimalkan risiko konflik dan terciptanya keamanan global.
Masa depan geopolitik siber akan sangat bergantung pada kemampuan negara-negara untuk beradaptasi dengan inovasi teknologi dan mengembangkan kemampuan sumber daya manusia guna merespon perubahan teknologi dan strategi yang berkembang cepat (Ramadhan, 2019), mempererat kerja sama internasional dalam hal keamanan siber, serta kerja sama antar negara dalam mengembangkan strategi yang efektif menjadi kunci guna melindungi kepentingan nasional dengan tetap menjaga hubungan antar negara (Kunkunrat, 2022).
Referensi
Kunkunrat, K. (2022). TECHNOLOGY AND GEOPOLITICS: A CHALLENGE IN THE DIGITAL AGE under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License (CC BY-NC 4.0). Jurnal Ekonomi, 11(03), 2022. http://ejournal.seaninstitute.or.id/index.php/Ekonomi
Rahman, L. L. A. (2020). Implikasi Diplomasi Pertahanan terhadap Keamanan Siber dalam Konteks Politik Keamanan. Jurnal Diplomasi Pertahanan, 6(2), 1-93.
Ramadhan, I. (2019). STRATEGI KEAMANAN CYBER SECURITY DI KAWASAN ASIA TENGGARA: SELF-HELP ATAU MULTILATERALISM? Jurnal Asia Pacific Studies, 3(1). https://doi.org/dx.doi.org/10.33541/japs.v3i1.1081
Ramadhan, I. (2021). The Implication of Cyberspace Towards State Geopolitics. https://doi.org/10.15575/politicon.v3i2
Comments