top of page
  • Writer's pictureKSM Defensia UPN Veteran Yogyakarta

EMISI KARBON CINA DAN STABILITAS LINGKUNGAN

Updated: Aug 14, 2021

Oleh: Gregorius Reinaldo


Cina merupakan negara kontributor emisi karbon tertinggi di seluruh dunia. Pada 2018, menurut Forbes, total emisi karbon Cina diperhitungkan melebihi total emisi karbon AS dan EU. Perlu diketahui pula bahwa karbon dioksida merupakan komponen utama dari gas rumah kaca yang menghambat sirkulasi sinar matahari dan menjebaknya di atmosfer sehingga menimbulkan peningkatan di rata-rata suhu permukaan Bumi. Emisi karbon Cina yang tinggi merupakan efek samping dari industrialisasi masal untuk meningkatkan kapabilitas ekonomi negara. Menurut data 2010, batu bara menjadi fokus utama dalam sumber daya energi Cina.


Pengaruh tingginya emisi karbon Cina sudah dapat dirasakan ketika awal perkembangan ekonomi mereka. Di beberapa daerah industri seperti Shaanxi, Hunan, dan Ningxia, kebakaran hutan bukanlah hal asing bagi mereka. Kebakaran hutan yang tidak jarang terjadi di beberapa daerah diduga berasal dari peningkatan temperatur lokal sehingga menyebabkan daerah tersebut rawan terhadap cuaca ekstrim. Petir akibat badai yang menyambar pohon sering menjadi pemicu kebakaran hutan yang marak di Cina. Selain itu, kebakaran hutan yang terjadi di Cina juga tidak jarang merenggut berapa nyawa karena cuaca ekstrim yang susah diprediksi akibat banyak faktor eksternal yang dapat mempengaruhi perubahan prediksi cuaca, salah satunya ialah intensitas emisi karbon di udara.


Tingginya emisi karbon di Cina tidak hanya berpengaruh secara lokal namun juga internasional karena udara yang berada di atmosfer tidak hanya terbatas di perbatasan Cina namun mengitari Bumi. Pada tahun 2000, pengaruh polusi Cina mulai terasa di dunia Barat ketika Hawai mengalami peningkatan temperatur tiba-tiba. Awan serta udara polusi akibat industri yang mengandung beberapa unsur kimia seperti timah, arsen, dan zink mulai terbawa arus hingga tiba di Hawai. Fenomena pada tahun 2000 tersebut sekarang dapat ditemui di berbagai belahan dunia karena udara polusi dari Cina telah mengitari dunia dan menyebabkan percepatan proses pemanasan global.


Sebagai pusat emisi karbon terbesar, Cina tentunya memiliki metode tersendiri untuk mengatasi emisinya yang besar seperti menetapkan daerah konservasi, meningkatkan kesadaran publik serta pemberlakuan pajak karbon. Selain itu, Cina juga sering berjanji untuk menurunkan emisi karbonnya dalam kurun waktu 15-30 tahun. Walau komitmen mereka untuk menurunkan karbon memang tinggi, akan tetapi jangka waktu yang relatif lama menimbulkan kekhawatiran terhadap komitmen mereka, terutama di mata publik internasional. Dunia internasional tidak dapat menunggu 15 tahun agar Cina untuk menurunkan emisi karbon mereka sebab jangka waktu 15 tahun tersebut terlalu lebar serta pengaruh emisi mereka sudah terlalu besar hingga daerah ekuator/khatulistiwa yang dulunya memiliki iklim relatif stabil mengalami perubahan iklim drastis lewat perpanjangan maupun perpendekan musim. Es di kutub yang menjaga kestabilan temperatur di dunia juga tidak dapat bertahan dan mulai meleleh lebih cepat jika dibandingkan dengan beberapa dekade sebelumnya.


Besarnya emisi karbon Cina tidak dapat diabaikan lagi. Walau emisi karbon tersebut merupakan harga yang harus dibayar atas industrialisasi Cina, akan tetapi yang merasakan efek sampingnya bukan hanya Cina melainkan masyarakat dunia. Maka dari itu, dengan besarnya dorongan baik dari masyarakat domestik dan mancanegara, diharapkan Cina dapat menepati komitmennya untuk menjaga stabilitas lingkungan.


Referensi:

Mochizuki, J., & Zhang, Z. (2011). Environmental security and its implications for China's foreign relations (No. 30.2011). Nota di Lavoro.

CBSNEWS, A Global Problem: China's Pollution (diakses mealui https://www.cbsnews.com/news/a-global-problem-chinas-pollution/ pada 13 Maret 2021)

Lauri Myllyvirta, Analysis: China’s CO2 emissions surged 4% in second half of 2020 (diakses melalui https://www.carbonbrief.org/analysis-chinas-co2-emissions-surged-4-in-second-half-of-2020 pada 13 Maret 2021).

Robert Rapier, China Emits More Carbon Dioxide Than The U.S. and EU Combined (diakses melalui https://www.forbes.com/sites/rrapier/2018/07/01/china-emits-more-carbon-dioxide-than-the-u-s-and-eu-combined/?sh=77af3f04628c pada 13 Maret 2021).

Bjorn Carey, Environmental conservation efforts in China are making a positive impact, Stanford scientists say (diakses melalui https://news.stanford.edu/2016/06/16/chinas-environmental-conservation-efforts-making-positive-impact-stanford-scientists-say/ pada 13 Maret 2021).

Matt McGrath, Climate change: China aims for 'carbon neutrality by 2060' ( diakses melalui https://www.bbc.com/news/science-environment-54256826 pada 13 Maret 2021).







6 views0 comments

Comments


bottom of page