Oleh: Mohammad Maulana Ilhami
Dalam beberapa minggu terakhir, pemberitaan mengenai konflik antara Azerbaijan dengan Armenia di wilayah Nagorno-Karabakh menjadi hal yang sangat menarik untuk dianalisis. Penggunaan kekuatan militer, terutama teknologi drone atau pesawat nirawak sebagai senjata masa depan yang efektif merupakan salah satu hal yang dapat dianalisis. Pada konfrontasi militer kedua negara ini, penggunaan drone atau pesawat nirawak sangatlah diperlihatkan. Secara internasional Nagorno-Karabakh diakui sebagai bagian dari Azerbaijan, namun wilayah tersebut telah berada di bawah kendali pasukan etnis Armenia sejak gencatan senjata tahun 1994 yang mengakhiri perang skala penuh yang meletus dua tahun sebelumnya.
Baik Armenia maupun Azerbaijan tidak memiliki angkatan udara yang cukup besar baik dari segi kuantitas dan juga kualitas alutsista yang dimilikinya. Selain itu para pengamat militer melihat bahwa mahalnya biaya operasional jet tempur dan potensi bahaya jika pilot mereka ditembak jatuh, membuat UAV atau unmanned aerial vehicle adalah alat yang jauh lebih murah dan lebih serbaguna untuk medan perang skala kecil seperti di Nagorno-Karabakh. Drone atau pesawat nirawak dinilai lebih efektif dan mematikan ketimbang pasukan elit atau tank tank canggih.
Dari dua pihak yang berperang, Azerbaijan telah menggunakan drone-nya secara lebih masif dibandingkan Armenia, yang memiliki armada yang jauh lebih kecil, dan Baku menargetkan tank, artileri, dan bahkan sistem pertahanan udara Armenia. Menurut Pusat Studi Drone di Bard College di Amerika Serikat, Azerbaijan memiliki beragam drone yang diperkirakan berjumlah lebih dari 200 unit dimana model-model yang dimiliki seperti drone “Harpy” dan “Harop”, yang diproduksi oleh Israel Aerospace Industries, dan “Orbiter 1K”, dari Aeronautics Group. Akuisisi lainnya termasuk model yang dikenal sebagai “Hermes”, “Heron”, dan “SkyStriker”. Arsenal unggulan Azerbaijan dalam konflik ini adalah drone “Bayraktar TB2” buatan Turki, dimana para analis menyamakannya dengan drone Reaper atau Predator buatan AS yang memiliki kemampuan untuk melepaskan bom pintar dan juga rudal. “Bayraktar TB2” telah digunakan secara luas oleh Turki di Suriah dan dilaporkan, di Libya. Disisi Armenia, analis mengatakan bahwa arsenal drone dan armada UAV Armenia jauh lebih kecil, didasarkan pada laporan angkatan bersenjatanya pada tahun 2011 bahwa negara tersebut telah mengembangkan pesawat buatan dalam negeri sendiri yang disebut “Krunk” diikuti oleh dua model lain yang disebut “Baze” dan “Ptero-5”.
Sebagian besar drone difungsikan untuk pengawasan dan pengamatan objek secara langsung melalui transmisi, namun banyak juga drone yang juga dapat dipasang dengan bahan peledak, memungkinkan mereka untuk menabrak target, menjadi apa yang dikenal secara formal sebagai "amunisi berkeliaran" atau secara informal sebagai drone "kamikaze" atau "bunuh diri". Pesawat tak berawak itu dapat membawa hulu ledak yang menghancurkan target dengan cara terbang ke arah sasaran dan meledakkannya.
Azerbaijan telah mempublikasikan banyak video yang menunjukkan serangan ke kubu Armenia. Sasaran utamanya adalah kendaraan lapis baja, gudang senjata dan personel militer. Sistem misil anti pesawat bergerak “Osa” dan “Strela” juga menjadi sasaran. Bahkan dalam kabar terbaru, drone bunuh diri Azerbaijan telah menghancurkan sistem pertahanan S-300 milik Armenia. Hingga kini belum diketahui berapa banyak peluncur rudal yang dikerahkan di Nagorno-Karabakh, dan seberapa parah pertahanan anti-pesawat Armenia dilemahkan oleh serangan tersebut. Namun berdasarkan klaim dari Kementerian Pertahanan Azerbaijan pasukannya telah menghancurkan 22 tank dan kendaraan tempur lapis baja, 15 sistem pertahanan udara jarak pendek Osa atau Tor, 18 drone, delapan sistem artileri (ditarik dan / atau self-propelled) dan tiga depot amunisi, dan mengakibatkan 550 Korban Aremania tewas atau terluka. Hal diatas menunjukkan bagaimana efektifnya penggunaan drone, sebagai senjata yang mematikan, murah, dan juga presisi.
Referensi :
Eckel Mike, “Drone Wars: In Nagorno-Karabakh, The Future Of Warfare Is Now”
(https://www.rferl.org/a/drone-wars-in-nagorno-karabakh-the-future-of-warfare-is-now/30885007.html diakses pada 12 Oktober 2020 pukul 07.15)
Aksenov Pavel, “Nagorno-Karabakh: Mengapa serangan pesawat tak berawak bisa
mengubah konflik tiga dekade antara Armenia-Azerbaijan”
(https://www.bbc.com/indonesia/majalah-54473354 diakses pada 12 Oktober 2020 pukul 07.20)
Roblin Sebastien, “Turkish Drones Over Nagorno-Karabakh—And Other Updates From A
Day-Old War”
(https://www.forbes.com/sites/sebastienroblin/2020/09/28/turkish-drones-over-nagorno-karabakh-and-other-updates-from-a-day-old-war/#481be69f70da diakses pada 12 Oktober 2020 pukul 14.35)
Comments