Oleh: Kevin Augusta Widyadhana
Keamanan Tradisional merupakan bagian dari studi keamanan yang menganalisis suatu kasus atau fenomena dari sudut pandang dimana ancaman terhadap keamanan dikaitkan pula dengan ancaman terhadap negara. Isu-isu yang berkaitan dengan keamanan tradisional adalah isu pertahanan suatu negara, baik mengenai perang ataupun isu militer, termasuk aksi mata mata atau spionase. Dalam prakteknya aksi spionase dilakukan oleh sebuah negara dengan cara menyusupkan agen tertentu. Aksi ini dilakukan dalam berbagai cara dan metode agar tidak diketahui dari negara yang dimata-matai. Negara menyusupkan mata-mata melalui jalur tertentu, misalnya melalui kantor perwakilan negara, festival budaya yang melibatkan warga negara asing, pengiriman tenaga kerja, dan masih banyak lagi. Intinya, dimana ada aktivitas warga asing disitu pula ada potensi kegiatan spionase.
Dalam perkembangan penanganan Virus COVID-19 didalamnya terdapat ternyata juga terdapat isu keamanan, bukan mengenai health security, akan tetapi lebih kepada isu militer. Misalnya adalah dugaan dimana Rusia dituduh melakukan kegiatan mata-mata atau spionase saat memberikan bantuan ke salah satu negara di Eropa Barat, yaitu Italia. Tuduhan ini didasari oleh argumen bahwa tenaga kesehatan yang dikirim Rusia dalam rangka membantu menangani Virus COVID-19 bukan merupakan orang dari Kementerian Kesehatan melainkan Kementerian Pertahanan Rusia. Sebelumnya Rusia memang membantu Italia untuk mendisinfeksi rumah sakit dan rumah perawatan yang ada di wilayah Italia Utara. Hal ini didasari karena setengah dari 14.681 kematian resmi negara akibat COVID-19 berasal dari wilayah Italia Utara. Dalam pengiriman kontingen untuk membantu, diduga kontingen yang dikirim adalah merupakan tenaga kesehatan sekaligus personel militer aktif di Rusia. Dikutip dari the Moscow Times, Surat Kabar Italia La Stampa mengatakan bahwa kontingen dokter ahli yang berjumlah 104 orang diperkirakan merupakan petugas dari Direktorat Intelijen Utama Rusia, Glavnoye Razvedyvatel'noye Upravleniye (GRU).[1] Personil militer yang dikirimkan oleh Rusia tersebut merupakan anggota brigade militer medis. Perdana menteri Italia sendiri Giuseppe Conte membenarkan pihaknya menerima bantuan berupa tenaga medis dari Rusia.
Bantuan yang diberikan Rusia kepada Italia ini dikhawatirkan oleh para pakar di negara-negara barat. Kekhawatiran tersebut muncul dengan alasan bahwa aktivitas yang bisa dilakukan oleh tenaga medis yang berasal dari kalangan militer tidak hanya mampu membantu dalam penanganan Virus COVID-19, akan tetapi dikhawatirkan juga mampu mengumpulkan data intelijen di dalam Italia sendiri. Hal ini ditambah dengan citra kurang baik yang tersemat pada Badan Intelijen Rusia di negara-negara Eropa sejak perang dingin hingga saat ini. Dikutip dari media massa italia La Stampa, bantuan alat medis yang dikirim oleh Rusia merupakan desinfektan dan sterilisasi lab yang sebenarnya tidak begitu dibutuhkan oleh Italia pada saat ini. Padahal yang dibutuhkan Italia saat ini adalah alat pelindung diri dan juga alat bantu pernafasan.
Referensi
The Moscow Times, 2020, Italy and Russia Spar Over Alleged Coronavirus Spies, diakses dari: https://www.themoscowtimes.com/2020/04/03/italy-and-russia-spar-o ver-alleged-coronavirus-spies-a69869 pada 7 April 2020.
Braw, Elisabeth. 2020. Beware of Bad Samaritans. Diakses dari: https://foreignpolicy. com/2020/03/30/russia-china-coronavirus-geopolitics/ pada 7 April 2020
Squires, Nick. 2020. Russian mercy mission to Italy is a front for intelligence gathering, British expert warns. Diakses dari: https://www.telegraph.co.uk/news/20 20/04/02/russian-mercy-mission-italy-front-intelligence-gathering-british/
[1] The Moscow Times, 2020, Italy and Russia Spar Over Alleged Coronavirus Spies, diakses dari: https://www.themoscowtimes.com/2020/04/03/italy-and-russia-spar-over-alleged-coronavirus-spies-a69869
Comments