top of page

SUDAN’S SILENT COLLAPSE: RUNTUHNYA KEAMANAN MANUSIA DI TENGAH PERANG SAUDARA

  • Writer: KSM Defensia UPN Veteran Yogyakarta
    KSM Defensia UPN Veteran Yogyakarta
  • Nov 14
  • 3 min read

oleh: Annisa Satriani Al Rabani


ree

Sejak pecah pada April 2023, konflik antara Sudanese Armed Forces (SAF) dan Rapid Support Forces (RSF) telah menjerumuskan Sudan ke dalam krisis kemanusiaan terbesar di dunia modern. Pertempuran yang awalnya dipicu perebutan kekuasaan pasca-transisi politik berubah menjadi perang terbuka yang menelan korban sipil secara masif. Dua tahun setelahnya, dampak perang meluas ke seluruh aspek kehidupan masyarakat, menandai keruntuhan total konsep human security di negara tersebut.

Data terbaru menunjukkan betapa mengerikannya skala bencana kemanusiaan ini. Hingga awal 2025, tercatat lebih dari 11,3 juta orang terpaksa mengungsi di dalam negeri, sementara hampir 3,9 juta melarikan diri ke negara tetangga seperti Chad, Mesir, dan Ethiopia (European Union Agency for Asylum, 2025). Selain itu, lebih dari 30 juta orang, termasuk 16 juta anak-anak, kini bergantung pada bantuan kemanusiaan untuk bertahan hidup (United Nations Office at Geneva, 2025). Laporan lain menyebut sedikitnya 3.384 warga sipil tewas hanya dalam enam bulan pertama tahun 2025, sebagian besar akibat serangan udara dan artileri tanpa pandang bulu. Angka-angka ini menggambarkan kehancuran total aspek paling dasar dari keamanan manusia, yakni kebebasan dari rasa takut dan kebebasan dari kekurangan.

Menurut konsep human security yang diperkenalkan oleh United Nations Development Programme (UNDP, 1994), keamanan sejati tidak hanya berkaitan dengan pertahanan negara, tetapi juga perlindungan individu dari ancaman kekerasan, kemiskinan, dan penyakit. Dalam konflik ini, semua dimensi tersebut mengalami kemunduran ekstrem. Warga sipil hidup di bawah ketakutan konstan akibat serangan yang tak mengenal target, sementara blokade bantuan menyebabkan kelaparan massal di wilayah Khartoum, Darfur, dan Kordofan. Laporan dari Food and Agriculture Organization (FAO, 2025) memperingatkan bahwa Sudan menghadapi risiko kelaparan terbesar di dunia, dengan jutaan orang berada dalam kondisi “IPC Phase 5” atau kelaparan ekstrem. Situasi ini menunjukkan bagaimana perang internal dapat memusnahkan fondasi keberlangsungan hidup manusia bahkan tanpa senjata nuklir atau invasi asing.

Keamanan sosial dan ekonomi masyarakat Sudan juga hancur total. Nilai mata uang Sudan terdepresiasi lebih dari 900% sejak 2023, memicu inflasi tajam terhadap kebutuhan dasar seperti gandum dan bahan bakar (World Bank, 2025). Sistem pendidikan lumpuh total di sebagian besar wilayah, dan layanan kesehatan hanya beroperasi sekitar 20% dari kapasitas semula. Dalam hal ini, perempuan dan anak-anak menjadi kelompok paling rentan, dimana ribuan kasus kekerasan seksual dilaporkan di kamp pengungsian di Darfur Barat (Human Rights Watch, 2025). Kondisi ini menandakan hilangnya jaminan perlindungan terhadap martabat manusia atau protection of human dignity, yang seharusnya menjadi inti kebijakan negara dan komunitas internasional.

Isu boikot terhadap UAE atau United Arab Emirates semakin memperjelas dimensi global konflik ini. Aktivis Sudan dan internasional telah menyerukan boikot terhadap perusahaan, pariwisata, dan maskapai Emirat sebagai bentuk tekanan moral atas dugaan dukungan UAE terhadap RSF dan perdagangan senjata serta emas yang menggulirkan konflik (Activists call for UAE boycott over its backing for the RSF in Sudan, 2025). Gerakan boikot ini memfokuskan pada menghindari investasi, kunjungan, dan pengeluaran di Emirat sebagai respon terhadap peran aktor luar negeri dalam penderitaan warga Sudan. Meskipun UAE menyangkal tuduhan tersebut, bukti yang diterbitkan media dan organisasi kemanusiaan menempatkan UAE sebagai salah satu aktor kunci dalam konflik (UAE denies sending weapons to Sudan’s RSF paramilitary, 2024).

Krisis ini memperlihatkan bahwa stabilitas politik negara tidak menjamin keamanan manusia. Sudan menjadi contoh ekstrem bagaimana konflik domestik dapat menciptakan ancaman transnasional berupa arus pengungsi, kelangkaan pangan regional, dan ketidakstabilan lintas batas. Dalam konteks ini, human security menuntut pendekatan yang lebih inklusif. Bukan hanya perlindungan dari senjata, tetapi juga jaminan akses terhadap pangan, kesehatan, dan kehidupan yang bermartabat.

Tragedi Sudan adalah peringatan keras bagi dunia. Ketika kekuasaan politik lebih diutamakan daripada kehidupan manusia, maka keamanan dalam arti sejatinya telah gagal total. Perlindungan manusia seharusnya tidak menjadi pilihan moral, melainkan kewajiban politik global. Jika komunitas internasional terus gagal dalam merespons penderitaan Sudan, maka konsep human security hanya akan tinggal sebagai retorika tanpa makna di tengah reruntuhan Khartoum dan Darfur.


Referensi

Activists call for UAE boycott over its backing for the RSF in Sudan. (2025, April 22). Sudan Independent. Retrieved from https://www.sudanindependent.net/news/politics/2025/04/22/activists-call-for-uae-boycott


Food and Agriculture Organization. (2025, April 12). FAO warns of extreme hunger in Sudan amid continued conflict. Retrieved from https://www.fao.org/newsroom/detail/fao-warns-of-extreme-hunger-in-sudan-2025/en


Human Rights Watch. (2025, January 10). Sudan: Atrocities continue amid stalled peace efforts. Retrieved from https://www.hrw.org/news/2025/01/10/sudan-atrocities-continue-amid-stalled-peace-efforts


Sudan accuses UAE of fueling war with weapons to paramilitary rivals. (2024, June 19). Africanews. Retrieved from https://www.africanews.com/2024/06/19/sudan-accuses-uae-of-fueling-war-with-weapons-to-paramilitary-rivals


United Nations Development Programme. (1994). Human Development Report 1994: New dimensions of human security. New York, NY: Oxford University Press.

United Nations Office at Geneva. (2025, February 20). Sudan, “the most devastating humanitarian and displacement crisis in the world”. Retrieved from https://www.ungeneva.org/en/news-media/news/2025/02/103375/sudan-most-devastating-humanitarian-and-displacement-crisis-world


World Bank. (2025, March 15). Sudan Economic Monitor: Conflict drives 900 percent inflation. Retrieved from https://www.worldbank.org/en/news/report/2025/03/15/sudan-economic-monitor-conflict-drives-900-percent-inflation


UAE denies sending weapons to Sudan’s RSF paramilitary: Report. (2024, January 24). Al Jazeera. Retrieved from https://www.aljazeera.com/news/2024/1/24/uae-denies-sending-weapons-to-sudans-rsf-paramilitary-report

Comments


bottom of page