top of page

DI BAWAH BAYANG-BAYANG TEROR: KRISIS KEMANUSIAAN DAN UPAYA MENANGANI KEKERASAN BOKO HARAM DI NIGERIA

  • Writer: KSM Defensia UPN Veteran Yogyakarta
    KSM Defensia UPN Veteran Yogyakarta
  • Mar 24
  • 3 min read

Oleh : Annisa Risky Wulandari


Nigeria merupakan negara dengan penduduk terbanyak di benua Afrika, dengan populasi mencapai 235.141.560 jiwa pada tahun 2025 menurut data Worldometer, yang didasarkan pada data terbaru dari Perserikatan Bangsa-Bangsa. Tak hanya terkenal akan populasinya yang banyak, keragaman budaya, kondisi alam, sejarah, dan makanan khas yang ada di Nigeria juga membuat banyak orang semakin tertarik untuk mengenal lebih dalam ke negara yang dijuluki Giant of Africa atau raksasa Afrika ini. Julukan tersebut pada awalnya diberikan kepada Nigeria karena selain populasinya yang banyak, pengaruh yang diberikan di bidang film dan hiburan di dunia juga tidak main-main, yang bahkan bisa menyaingi Hollywood dan Bollywood yang terkenal. 


Namun, di balik semua itu, ternyata Nigeria juga menyimpan sisi kelam yang tidak semua orang tahu, salah satunya adalah adanya kelompok teroris Boko Haram yang terbentuk pada tahun 2002. Kelompok Boko Haram merupakan organisasi teroris yang telah menyebabkan banyak kerusakan dan krisis kemanusiaan di Nigeria. Kelompok ini pada awalnya muncul sebagai serangkaian protes terhadap ketidakadilan sosial, ekonomi, dan politik yang dirasakan oleh sebagian masyarakat di Nigeria. Kelompok teroris Boko Haram ini diketahui didirikan oleh Mohammed Yusuf pada tahun 2002 di Kota Maiduguri, Nigeria. Kelompok teroris ini pada awalnya dibentuk dengan tujuan untuk memberantas korupsi dan ketidakadilan yang mereka anggap disebabkan oleh pengaruh barat, serta menerapkan hukum syariah. Namun, sejak tahun 2009, Boko Haram telah melakukan serangkaian serangan kekerasan besar-besaran di Nigeria, termasuk serangan terhadap gedung-gedung pemerintah, pos polisi, dan warga sipil. Bahkan, mereka juga telah menculik ribuan orang, termasuk anak-anak, dan menyebabkan jutaan orang mengungsi. 


Salah satu kasus yang populer pada waktu itu adalah gerakan Bring Back Our Girls atau BBOG, yang pertama kali dibuat pada tahun 2014 oleh koalisi perempuan sekuler, Kristen, dan Muslim di Nigeria. Gerakan ini dibuat untuk mencerminkan kemarahan banyak warga Nigeria terhadap kegagalan pemerintah pusat dalam melindungi penduduk, terutama anak perempuan dan wanita, dari kekejaman kelompok teroris Boko Haram. Gerakan Bring Back Our Girls ini pertama kali muncul ketika pemberontak teroris Boko Haram menculik 276 anak perempuan dari Sekolah Menengah Atas Khusus Anak Perempuan di Kota Chibok, Nigeria, pada tahun 2014. Gerakan BBOG ini kemudian ramai disuarakan di media sosial untuk menyampaikan pesan mengenai penculikan dan kegagalan keamanan tersebut kepada masyarakat di seluruh dunia. 


  Sebenarnya masih banyak kekejaman yang dilakukan kelompok tersebut, seperti yang akhir-akhir ini terjadi adalah kelompok tersebut telah menyerang komunitas di Adamawa yang menghancurkan rumah dan sekolah yang ada di Nigeria. Kekejaman dari kelompok teroris Boko Haram tersebut telah terbukti menyebabkan krisis kemanusiaan yang parah di Nigeria yang membutuhkan perhatian lebih di seluruh dunia dengan jutaan orang mengungsi dan banyak yang kehilangan nyawa. Tentu saja terkait masalah krisis keamanan manusia ini pemerintah Nigeria pun tak kunjung diam, mereka telah melakukan berbagai upaya untuk menumpaskan kelompok teroris aktif tersebut, seperti bantuan militer, kerja sama dengan berbagai organisasi internasional dan lembaga kemanusiaan untuk memberikan bantuan, serta memperkuat keamanan di perbatasan dan meningkatkan kerja sama dengan negara-negara tetangga untuk mencegah penyebaran kekerasan.


Walaupun segala upaya telah dilakukan oleh pemerintah Nigeria, sampai saat ini kelompok teroris tersebut masih saja aktif. Hal itu memiliki arti bahwa kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah Nigeria untuk mengatasi krisis tersebut tidak cukup efektif. Beberapa upaya lain yang bisa dilakukan antara lain adalah menangkap pemimpin Boko Haram lalu memenjarakannya seumur hidup, menyerukan para warga untuk berhenti mendukung segala hal yang berkaitan dengan kelompok teroris tersebut sehingga kelompok tersebut akan mengalami kegagalan karena tidak ada lagi pendukung dan kemudian memilih mundur, memperkuat penegakan hukum, serta mengatasi masalah ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan rakyat sehingga tidak memicu terorisme kembali. 


Kasus terorisme Boko Haram di Nigeria dapat menjadi pelajaran penting bagi pemerintah di seluruh dunia untuk memperkuat upaya dalam mengatasi akar masalah sosial dan ekonomi yang dapat memicu terorisme dan masalah keamanan manusia lainnya. Dengan kasus yang telah terjadi di Nigeria, diharapkan kejadian serupa tidak akan terulang di negara lain. Krisis keamanan manusia ini seharusnya menjadi refleksi bagi pemerintah untuk lebih serius dalam menciptakan kondisi sosial ekonomi yang stabil dan aman bagi seluruh lapisan masyarakat. 


Referensi :

Gudaku, B. T. (2019). Boko Haram: The birth, geography and hypotheses responsible for the sustenance of the conflict in Nigeria. International Journal of History and Philosophical Research, 7(1), 12-24.

Amnesty International. (2024). Help Us Build Our Lives: Girl Survivors of Boko Haram and Military Abuses in North-East Nigeria. 

Dayil, P. B., & Vickers, J. (2020). Bring Back Our Girls: Girls education and women's security in northern Nigeria. In Handbook on Gender, Diversity and Federalism, 338-350.

Tampomuri, F. J. (2019). Analisis kelompok teroris Boko Haram: Bagaimana akan berakhir? Journal of Terrorism Studies, 1(2), 1-10.

Agung, M. S. (2015). Pemberontakan Boko Haram di Nigeria. Tesis. Universitas Jember, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Program Studi Hubungan Internasional.



Comentarios


bottom of page